Bab 138
Peter tampak membeku sejenak: “Apa maksudnya?”
Level bahasa mandarinnya tidak cukup fasih untuk memahi arti dari ucapan tadi itu.
Reva langsung berkata: “Tidak apa – apa, aku sedang memujimu!”
Nara tampak terkekeh lalu mengulurkan tangannya di belakang punggung Reva dan mencubitnya dengan ringan.
Reva membalikkan lengannya dan menggenggam lembut tangan Nara dan pipi Nara langsung bersemu merah.
Apple tampak sangat kesal lalu setelah makan sebentar tiba – tiba dia berkata, “Reva, bagaimana pekerjaanmu di rumah sakit?”
“Pendidikanmu terlalu rendah. Dulu saja demi membantumu bisa bekerja di rumah sakit aku bahkan meminta bantuan dari sepupuku.”
“Aku dengar dari sepupuku bahwa kau pergi membersihkan toilet?”
“Boleh juga sih, karena kurasa kau paling cocok dengan pekerjaan ini, apalagi pekerjaan ini juga tidak memerlukan pendidikan apapun!”
“Kau harus bekerja dengan baik dan menghargai pekerjaan yang diperoleh dengan susah payah ini!”
Reva mengernyitkan keningnya.
Apple adalah adik sepupu dari Alan West.
Dulu Nara–lah yang meminta bantuannya saat mengirim Reva untuk bekerja di rumah sakit.
Apple sama sekali tidak membantunya. Dia bahkan meminta Alan untuk mengganggu Reva beberapa kali dan sengaja mempersulitnya.
Bisa dikatakan bahwa Reva sengaja diberikan jabatan sebagai petugas pembersih di rumah sakit itu berkat usaha Apple dibelakangnya.
Lalu sekarang Apple dengan sengaja berbicara di depan semua orang untuk mempermalukan Reva.
Nara yang merasa suasana hati Reva mulai berubah kemudian dengan cepat meraih tangannya dan berkata sambil tersenyum, “Reva berencana untuk mengundurkan diri dari rumah sakit. Dia akan bergabung denganku di perusahaan farmasi Shu
nantinya.”
“Yang benar?” tanya Apple sambil mencibir: “Reva, dulu aku mengira kau masih memiliki sedikit ego sehingga mau berusaha sendiri untuk menghasilkan uang.”
“Tetapi setelah setahun tak bertemu mengapa menjadi seperti sekarang ini?”
“Apakah bergantung kepada istri membuatmu ketagihan?”
“Kau sekarang benar–benar bergantung kepada Nara?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat