Bab 152
Benar saja, Rebecca dengan cepat membalas ucapannya dengan suara melengking “Axel, apa maksud ucapanmu itu?”
“Kenapa? Kau menghina Nadine–ku?”
“Hei, Axel, apakah kau sudah lupa bagaimana kami membantumu ketika kau jatuh susah dan menderita di tahun – tahun sebelumnya?”
“Ohh, jadi sekarang karena kau sudah bangkit kembali jadi melupakan jasa dan budi kita?”
“Jadi orang itu harus tahu berterima kasih kalau tidak pasti akan disambar petir!”
Axel tampak sangat marah. Beberapa tahun lalu ketika mereka sedang susah dan menderita, mereka meminjam beberapa ribu dolar dari keluarga Alina dan masalahini terus diungkit – ungkit oleh Rebecca sampai sekarang.
Alina buru – buru menengahi mereka berdua: “Sudah, sudah.”
“Axel, mengapa kau berbicara seperti itu?”
“Kakak ipar, ucapannya jangan kau masukkan ke dalam hati.”
“Begini saja, jika kau memiliki permintaan, katakanlah kepadaku, aku akan membantumu menanganinya, bagaimana?”
Emosi Rebecca akhirnya reda dan dia berkata dengan dingin: “Tidak ada permintaan apa – apa, yang penting adalah jabatannya harus sesuai dengan kemampuan Nadine–ku!”
“Jabatannya tidak boleh terlalu rendah, yah minimal level manajer keatas lah!”
“Gajinya juga jangan terlalu kecil, tetapi kita kan masih keluarga sendiri, jadi untuk masalah uang aku tidak terlalu mempersoalkannya. Gaji bulanannya minimal 50 ribu dolar.”
“Lalu harus diberikan fasilitas mobil juga. Kakak ipar, mobilmu itu boleh juga. Biarkan Nadine menggunakannya sebentar, nanti setelah dua tahun baru ganti yang baru saja.”
“Lalu mengenai tempat tinggal, kudengar rumah di Lavender Garden cukup bagus…”
Akhirnya Axel tak tahan untuk menyeletuk: “Mengapa kau tidak sekalian minta tinggal di Dragon Lake saja?”
Mendengar ucapan Axel itu membuat Rebecca sangat marah: “Sikap macam apa ini?”
“Kenapa? Memangnya menurutmu Nadine–ku tidak pantas tinggal di Dragon Lake?”
“Aku kasih tahu yah, calon suami Nadine harus memiliki rumah di Dragon Lake.”
“Kalau tidak, dia tidak layak untuk memperistri Nadine–ku!”
Mendengar ucapannya Axel hampir muntah darah. Mana mungkin ada putra dari keluarga kaya tertarik dengan putrinya yang seperti babi itu?
Raut wajah Alina tampak canggung karena dia tidak dapat memenuhi permintaan Rebecca ini.
Jika Nadine bekerja di perusahaannya hanya sebagai karyawan biasa maka tidak terlalu berpengaruh kepada perusahaan dan masih dapat dimaklumi.
Tetapi jika Nadine tiba – tiba diangkat menjadi manajer umum, ini sulit dilakukan karena jabatan ini menyangkut perkembangan perusahaannya di masa depan. Bagaimana baiknya ini?
Dan pada saat yang sama Nara mendorong pintu depan dan masuk.
Rebecca melirik Nara dengan tatapan sinis: “Waah, sudah selesai bersenang – senangnya yah? Akhirnya tahu pulang juga!”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat