Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 242

Reva akhirnya dikeluarkan dari farmasi Shu oleh Axel dan Alina. Lalu dia pergi ke tempat parkir di bawah tanah dimana Tiger sedang menunggunya. “Kak Reva, seperti yang kau katakan semuanya sudah diatur.” “Tetapi Austin sudah katakan jika kau memerlukan bantuannya dia dapat membungkam seluruh keluarga Yu!” Tiger berbisik. Reva mengibaskan tangannya dan berkata, “Tolong ucapkan terima kasihku kepada Austin dan katakan padanya bahwa aku akan menyelesaikan masalah ini sendiri!” Tiger tampak begitu mengaguminya. Austin telah menawarkan diri untuk membantu tetapi Reva menolaknya. Ini adalah kepercayaan diri dia yang sebenarnya. Tetapi saat memikirkan rencana Reva itu Tiger juga merasa sangat gembira. Jika masalah malam ini sukses, tidak hanya Reva saja tetapi dia juga pasti ikut bangkit kembali! Lalu Tiger berbisik, “Ngomong – ngomong, Brad juga menelepon dan bertanya apakah kita memerlukan bantuannya!” Reva terkekeh dan berkata, “Sampaikan juga terima kasihku kepadanya dan katakan padanya bahwa dia dapat mengirimkan beberapa orang untuk menonton pertunjukkan malam ini!” Tiger langsung mengangguk, “Paham!” Setelah keluar dari farmasi Shu, Reva tidak pergi bekerja. Dia kembali ke taman Dragon Lake untuk beristirahat. Reina masih koma. Reva duduk di samping tempat tidur dan berkata dengan lembut, “Reina, tidak lama lagi kakak akan memulihkan kembali kesehatanmu.” “Selain itu, aku juga berjanji kepadamu bahwa apa yang hilang dari keluarga Lee kita, pasti akan kuambil kembali semuanya dengan tanganku sendiri!” … Setelah istirahat di rumah itu untuk waktu yang cukup lama tiba – tiba Reva menerima telepon dari Alina. Dia meminta Reva untuk segera kembali ke perusahaan. Dengan ragu, Reva segera bergegas ke farmasi Shu. Begitu dia tiba di depan pintu kantor Nara dia mendengar suara Hiro yang berkata dengan berlebihan. “Pa, Ma, masalah ini tak salah lagi sudah pasti Reva si bajingan itu yang melakukannya!” “Tadi malam seseorang melihatnya menculik Shiro lalu membawanya ke atas gunung. Kemudian Shiro meninggal di atas gunung itu.” “Semua bukti dan saksi sudah lengkap.” “Si bajingan Reva itu pasti akan mati kali ini!” Hiro berkata dengan sangat jelas dan ekspresi wajahnya menunjukkan dia begitu bangga dan gembira. Hana lalu mencibir dan berkata, “Rambut boleh sama hitam tetapi dalamnya hati tak ada yang tahu!” “Kalian lihatlah orang ini, biasa hari dia hanya seperti orang yang tak berguna dan begitu bodoh.” “Tetapi siapa sangka ternyata bisa melakukan hal sebrutal itu sendiri!” “Untung saja, kita mengetahuinya lebih awal.” “Kalau tidak, dengan membiarkan orang seperti itu tinggal di rumah kita bukankah akan menjadi bom waktu!” Axel dan Alina mengangguk – angguk. Mereka berdua menunjukkan ekspresi ketakutan di wajahnya masing – masing. Lalu Nara berkata dengan penuh amarah, “Kalian sudah cukup belum berbicaranya?” “Sudah selesai belum?” “Hiro, kau jangan menggunakan desas – desus itu untuk memfitnah suamiku.” Lalu Hiro melirik Nara dan berkata dengan perlahan, “Kak Nara, aku tidak hanya mendengar desas – desus.” “Aku telah mencari seorang temanku yang bekerja di kantor polisi dan mereka memiliki bukti – bukti yang kuat.” Hana langsung mencibir, “Kau dengar tidak itu? Ini adalah bukti resmi kepolisian!” “Nara, suamiku mungkin bisa memfitnah Reva tetapi apakah polisi bisa memfitnah juga?” Axel dan Alina langsung mengangguk – angguk dan berkata, “Ya, Nara.” “Bagaimana mungkin polisi akan salah?” Nara baru saja hendak berbicara ketika Reva masuk. Dia melirik Hiro dan bertanya dengan lembut, “Hiro, apakah kau yakin bahwa bukti ini di pegang oleh kepolisian?” Melihat Reva datang, Hiro merasa sedikit gamang, tetapi kemudian dia menggertakkan giginya dan berkata, “Ya, aku sangat yakin!” Lalu Hana langsung menatap Reva dan berkata, “Reva, kebetulan sekali kau datang.” “Cepat kau tandatangani surat perceraian ini. Mulai sekarang kau dan kakakku tak ada hubungannya lagi!” “Kau adalah seorang pembunuh jadi tolong jangan libatkan kakakku juga. Mengertikah kau?” Reva sama sekali tidak mempedulikannya dan berkata dengan dingin, “Hiro, semua ucapan yang kau katakan itu apakah menurutmu cukup masuk akal?” “Jika kepolisian memiliki bukti yang kuat lalu mengapa mereka mau melepaskanku?” Satu pertanyaan dari Reva saja sudah dapat membuat Hiro tertegun dan terdiam untuk waktu yang lama.

Previous Chapter

Next Chapter

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat