Bab 25
Semua orang mengeluarkan ponsel mereka untuk melihat berita tersebut. Tidak butuh waktu lama untuk memastikan bahwa bos Steven ini telah benar-benar bangkrut!
na
Raut wajah bos Steven yang awalnya begitu berseri – seri seperti bunga yang mekar di musim semi sekarang tiba – tiba saja jatuh ke lantai, sakit jantungnya kambuh. Dia dibawa oleh seseorang dan dibuang keluar dari ruangan itu.
Semua orang terlihat terkejut. Ekspresi Nara yang tadi begitu gugup sekarang terlihat sedikit rileks. Dia memandang Reva. Apakah ini termasuk sebagai pembalasan yang dikatakannya tadi?
Tommy tampak malu dan mengibaskan tangannya: “Sudahlah, lupakan saja, bos Steven sudah mundur dari acara ini, siapa penawar kedua tadi?”
Alex: “Ini Tuan Wilson, Tuan Wilson memiliki proyek senilai 130 juta dolar…”
Ime
“Direktur Wilson juga sudah bangkrut!” Reva langsung memotongnya.
“Persetan!” Direktur Wilson marah sampai melompat, baru saja dia akan membentak Reva ketika istrinya tiba – tiba menelepon.
Setelah menjawab telepon itu, direktur Wilson juga mengikuti jejak bos Steven. Dia merosot ke lantai, dan dilempar keluar dari ruangan itu.
Semua orang di ruangan itu tampak panik. Sudah ada dua orang yang bangkrut. Satu demi satu, apakah ini hanya kebetulan?
Wajah Tommy juga tampak pucat pasi: “Siapa penawar ketiga?”
Alex: “Dia adalah direktur Fedrick, dia …”
“Aku mundur! Aku mundur!” Direktur Fedrick berseru dengan ketakutan: “Aku tak mau ikutan
lagi …”
“Direktur Fedrick, aku khawatir kau juga sudah tak bisa ikutan lagi!” Reva berkata dengan lembut, “Karena… kau juga sudah bangkrut!”
“Apa!?” Direktur Fedrick tampak panik dan dengan cepat mengeluarkan ponselnya untuk menelepon. Setelah beberapa saat, dia juga jatuh ke lantai.
Lima bos – bos besar yang tersisa itu tampak ketakutan semua.
Kebangkrutan ini mengejar mereka satu demi satu. Apakah ini hanyalah suatu kebetulan atau ada seseorang yang sengaja mengganggu mereka dari belakang.
Siapa yang mempunyai kemampuan yang begitu hebat sehingga dapat membuat mereka semua bangkrut tanpa mereka sadari?
Tommy: “Penawar keempat …”
IIII
“Ketua Shu, aku pergi dulu, aku pergi dulu.” Seorang bos berteriak dengan tergesa-gesa.
“Aku juga pergi…
Yang lain berdiri satu demi satu. Tak ada satupun yang berani untuk terus bertahan disini.
“Semuanya, jangan terburu-buru!” Reva tersenyum dengan ringan: “Kalian pergi atau tidak, hasilnya sudah keluar. Kalian berlima juga sudah bangkrut!”
“Apa?” Kelimanya tampak tak berdaya dan tidak ada yang berani meragukan kata-kata Reva sekarang.
Segera, ponsel kelima orang itu juga berdering dan kelima orang itu bangkrut.
“Ini … ini…” Alina tampak terkejut: “Apakah ini benar-benar suatu pembalasan?”
“Pembalasan apa?” Axel menggertakkan giginya: “Pasti ada seseorang di belakang layar. Ya Tuhan, seberapa hebatkah orang-orang di belakang layar yang dapat membuat kedelapan bos besar itu bangkrut?”
“Maksudmu …” Alina menarik napas dalam-dalam: “Austin King?”
Axel mengangguk dengan perlahan dan menatap Reva dengan marah: “Reva, kau bajingan, pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami. Kau sengaja mencegah kami pergi mencari Austin untuk mendapatkan keuntungan dengan mengatakan hubungan kau dan Austin sudah lunas?? Ternyata kau hanya ingin menelan semua keuntungan itu sendirian, benar – benar keterlaluan sekali!”
Wajah Alina juga menjadi dingin: “Tidak, ini adalah milik keluarga kami. Dia tak boleh mengambilnya!”
“Tuan Lee, kita… kita mundur saja bolehkah?” seorang bos memohon dengan suara gemetar.
“Mundur?” Wajah Reva menjadi dingin: “Di detik kau mendambakan istriku itu, kau sudah pantas mati!”
“Lancang sekali!” Tommy menggebrak meja dan meraung: “Reva, hari ini kau memang sengaja datang kesini untuk membuat onar! Apakah di matamu masih ada kakekmu ini!”
“Huhh!” Reva mencibir: “Tommy, kau katakan padaku dulu, apakah di matamu kau masih ada cucumu ini? Demi kepentinganmu sendiri kau bahkan tega menjual cucumu sendiri, Binatang buas saja tidak dapat melakukan hal seperti itu!”
Beraninya kau berbicara dengan kakekku seperti ini!” Xavier melompat dan menendang Reva.
Reva lalu menampar wajah Xavier akibatnya Xavier terpental sejauh lima atau enam meter.
“Kau berani memukul seseorang!” Semua orang di keluarga Shu terlihat sangat marah.
“Kenapa tidak berani!” Reva meraih sudut meja, membalikkan seluruh meja itu dan berteriak dengan marah, “Ayo! Kemari dan lawan aku!”
Suaranya seperti bel dan terdengar seperti guntur, membuat gendang telinga semua orang berdengung
Semua orang di keluarga Shu menatap Reva bagaikan dewa dan mereka semua tertegun. Tidak ada satupun yang berani mendekatinya.
“Panggil polisi! Panggil polisi!” Tommy terlihat sangat marah: “Reva, keluargamu telah mencuri rahasia perusahaan. Aku akan memasukkan kalian semua ke penjara!”
“Haha …” Reva tertawa dengan dingin dan berkata: “Pak tua, keluarkan ponselmu dan periksa sekarang juga. Perusahaan farmasi kau sudah bukan lagi atas namamu. Mau menuntutku? Huh, kau punya hak apa untuk menuntutku sekarang?”
“Apa??” Tommy buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon beberapa pemegang saham di perusahaannya. Dan ternyata apa yang dikatakan Reva adalah kenyataan. Semua pemegang saham ini telah menjual saham mereka.
Keseluruhan saham mereka itu jika dijumlahkan menjadi sekitar 60%. Dengan kata lain, ketua perusahaan ini bukan lagi Tommy.
Tommy duduk dengan lemas di sofa.
“Perusahaan sudah tidak dikendalikan oleh Grup Shu?” mendengar ini Alina sangat gembira: “Kalau begitu … kalau begitu mereka sudah tidak bisa menuntut kita, benarkan?”
Reva: “Tuntut atau tidak itu tergantung dari keputusan ketua yang baru!”
“Siapa ketua barunya?” Alina bertanya dengan cemas.
Reva kembali tersenyum dengan ringan dan menjawab dengan singkat: “Nara Shu!”
“Apa?”
Semua orang yang ada disana langsung terkejut!
Ketua baru perusahaan itu ternyata adalah Nara?
Nara juga tampak tercengang. Dia bertanya dengan suara gemetar, “Ini … apa yang terjadi?”
“Aku meminta mereka untuk membeli saham ini atas namamu.” Reva menjelaskan dengan lembut, “Aku tahu kau telah bekerja dengan sangat keras untuk perusahaan ini. Jadi, mulai sekarang, kau lah yang akan bertanggung jawab atas perusahaan ini!”
“Ini…ini…” Nara berkata dengan terbata – bata karena terkejut, “Aku…bisakah aku melakukannya?”
“Pasti bisa!” Reva mengangguk dengan tegas: “Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu dan mendukungmu untuk selamanya!”
Nara merasa sangat nyaman. Dia menatap Reya dengan rasa aman.
Reva berkata dengan terkekeh: “Pak tua Shu, sepertinya jamuanmu tidak menarik!”
“Sudahlah, ayo pulang dulu. Oh yah satu lagi, pak tua Shu, ingat jangan sampai kau datang terlambat untuk kerja besok.”
“Besok adalah hari pertama Nara sebagai ketua perusahaan Group Shu. Jika kau datang terlambat berarti kau tidak menghormati Nara!”
Tommy sudah sangat marah sehingga dia mengalami serangan tekanan darah tinggi dan pingsan di tempat. Dia meninggalkan keluarga Shu dalam kekacauan.
Dalam perjalanan pulang, Axel dan Alina terlihat sangat bersemangat dan terus menelepon kerabat dan teman-temannya untuk mengumumkan bahwa putri mereka, Nara telah menjadi ketua perusahaan Shu Group.
Yang paling senang adalah Alina. Dia menelepon anggota keluarganya satu per satu.
“Hei, kakak perempuan sulungku, apakah kau sudah tahu bahwa Nara sekarang adalah ketua dewan dan ketua farmasi Shu? Nilai pasarnya sekarang sudah lebih dari 100 juta dolar!”
“Adik laki-lakiku, apakah kau sudah dengar, keponakanmu, Nara Shu sekarang adalah ketua industri farmasi Shu Group? Kau tidak mengerti, dia adalah ketua perusahaan jadi farmasi Shu ini bisa dikatakan adalah milik keluarga kami sekarang, apakah kau sudah paham??”
“Kakak keempat, aku punya kabar baik untukmu, Nara telah menjadi ketua dewan. Ketua farmasi Shu! Jika kau memerlukan suatu bantuan, ingatlah untuk memberi tahu adikmu ini. Nara sekarang adalah ketua dewan. Aku pasti dapat membantumu…”
Nara yang duduk di sebelah orang tuanya yang sedang bersemangat memamerkannya membuat dia tidak bisa berkata-kata.
Tetapi begitu dia sampai di rumah, wajah Alina langsung berubah: “Reva, katakan padaku dengan jujur, berapa banyak yang kau sembunyikan dari kami!”
Reva tertegun sejenak: “Ma, ada apa?”
Alina berkata dengan marah, “Kau mengatakan bahwa hubunganmu telah selesai dengan Austin King, tetapi sekarang mengapa dia masih melakukan begitu banyak hal untukmu?”
“Kau telah berbohong kepada kami. Berapa banyak keuntungan yang kau dapatkan dari Austin secara diam-diam?”
Hana dengan marah menegur Reva: “Reva, Reva, aku dulu selalu berpikir, meskipun kau tampak tidak berguna tetapi setidaknyakau adalah orang yang jujur. Tak kusangka kau malah menggunakan obat perusahaan kami untuk mengobati penyakit orang lain. Tetapi keuntungannya malah kau ambil untuk dirimu sendiri saja! Apakah kau tak malu?!”
“Sudahlah, untuk apa kau membicarakan itu dengannya!” Axel berkata dengan wajah kesal, “Reva,
aku akan memberimu dua pilihan.”
“Satu, kau menyerahkan semua keuntungan yang telah diberikan Austin kepadamu sekarang juga atau yang kedua, aku akan pergi mencari Austin dan menjelaskan semua duduk persoalannya. Ke depannya kau juga tak ada hubungannya lagi dengan keluarga kami!”
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat