Taman Dragon Lake. Setelah memberikan pil Long Life kepada adiknya kemudian Reva pergi ke tempat pembuatan pil di lantai tiga. Ruangan ini biasanya selalu di kunci oleh Reva. Beberapa bahan obat langka yang di dapatkan oleh Reva di simpan di ruangan ini. Semalam dia telah membuat beberapa jenis obat di sini. Dan jika dihitung – hitung waktunya sudah hampir selesai. Namun, ketika Reva masuk ke ruangan ini dia tidak mencium bau pil obat. Lalu dia membuka pot pasirnya dan mendapat obat di dalamnya masih tampak kental. Masih perlu beberapa jam lagi untuk menyelesaikannya. Reva tampak sediki tak berdaya. Ini semua disebabkan oleh suhu api yang kurang tinggi. Tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa – apa. Pot pasir itu tidak bisa menahan suhu api yang lebih tinggi. Proses alkimia yang sebenarnya membutuhkan tungku alkimia. Dan sudah pasti tidak cocok jika dia menggunakan pot pasir seperti ini untuk membuat obat. Untuk sementara, ramuan – ramuan obat ini masih termasuk ramuan obat yang biasa jadi masih bisa direbus dalam pot pasir. Jika beberapa bahan obat khusus lainnya yang memerlukan suhu tinggi atau persyaratan yang lebih khusus maka pot pasir ini tidak dapat digunakan. Setelah melihat waktunya sebentar, ini juga sudah saatnya bagi Reva untuk pergi bekerja kembali. Lalu Reva hanya bisa mematikan api di bawah pot pasir ini untuk sementara, jangan sampai semua obat ini menjadi sia – sia. Sesampainya di rumah sakit, Reva segera berlari ke arah direktur dan berkata bahwa dia ingin pindah departemen. Sebagian besar penyakit yang ditangani di ruang gawat darurat dapat diselesaikan oleh dokter lain. Sehingga masalah ini tidak terlalu membantu Reva malah sebaliknya terlalu menghabiskan banyak waktunya. Oleh karena itu, Reva memutuskan untuk pindah ke departemen yang lebih santai sehingga dia bisa memiliki lebih banyak waktu luang. Begitu dia menemukan penyakit yang tidak dapat ditangani oleh dokter lain, dia akan segera melakukan tindakan sehingga dia benar – benar dapat melatih ketrampilan medisnya. Permintaan Reva kepada dekan rumah sakit itu tentu saja adalah langsung disetujui. Karena bagaimanapun juga Reva adalah orang yang diatur secara pribadi oleh dokter Tanaka. Lalu dia segera memanggil Justin Tanolius, wakil direktur RS yang bertanggung jawab atas petugas dan karyawan di RS. Dia meminta Justin untuk membantu pengaturannya. Justin sedang memikirkan bagaimana mengatur permintaan Hiro yang datang dengan sebuah portfolio tadi. Secara kebetulan, yang dikatakan oleh Hiro sebagai teman lamanya itu adalah Justin Tanolius. Hiro dan Justin sebenarnya tidak terlalu akrab satu sama lain. Mereka hanya pernah berkenalan dan makan bersama di suatu pesta seorang teman. “Halo, direktur Justin!” Hiro menyapanya dengan tersenyum. Setelah saling menyapa dan bertukar kabar kemudian Hiro langsung menjelaskan niat dan maksud hatinya kepada Justin. “Direktur Justin, aku tahu ini agak merepotkan!” “Kau tidak perlu memindahkannya ke posisi yang terlalu bagus. Kamu bisa memberikannya posisi apa saja.” “Ini hanya masalah sepele, tolong jangan ditolak!” Kemudian Hiro meletakkan portfolio itu di atas meja. Salah satu sisi portfolio itu terbuka dan memperlihatkan tumpukan uang di dalamnya. Justin tampak sedikit bingung. Apa maksudnya ini? Bukankah dekan sudah menginstruksikannya? Lalu mengapa masih ada orang yang memberikan uang kepadanya? Apakah khawatir dia tidak akan mengaturnya dengan baik? Lalu sambil pura – pura berpikir dan berkata, “Saudaraku Hiro, apa hubungan Reva ini denganmu?” Lalu Hiro tersenyum dan berkata, “Ooh, dia ini kakak iparku.” “Istrinya adalah kakak dari istriku!” Dan Justin langsung ngeh bahwa hubungan mereka ada kerabat, pantas saja! Dia sengaja mengantarkan uang ke sini. Sepertinya memang benar – benar berniat untuk mencari posisi yang baik dan santai. Bagaimanapun juga, uang ini harus diterima dulu! Lalu Justin pura – pura tidak enak hati dan berkata, “Karena saudara Hiro sudah berkata seperti ini maka aku sebagai seorang kakak mau tak mau juga harus membantumu dalam masalah ini!” “Begini saja, rumah sakit baru saja membuka sebuah departemen pengobatan Tiongkok. Bagaimana kalau aku memindahkannya sebagai direktur departemen ini?” Mata Hiro langsung berbinar. Tadinya dia mengira paling – paling Reva hanya akan dipindahkan ke departemen mana saja dan menjadi cadangan. Tetapi Hiro sama sekali tak menyangka bahwa koneksi yang dimilikinya ini cukup berguna rupanya? Dia langsung dipromosikan menjadi direktur? Kalau begitu bukankah dia telah menyelesaikan tugasnya dengan sempurna? Hiro lalu mengepalkan tinjunya di depan dada (seperti memberi hormat) lalu berkata, “Kak Justin, terima kasih banyak!” “Jika di kemudian hari kau memerlukan bantuanku silahkan katakan saja. Aku pasti akan membantumu dengan sepenuh hati!” Justin berkata dengan manis di bibirnya tetapi diam – diam dia tertawa di dalam hatinya. Reva sendiri adalah direktur departemen UGD jadi jika dia dipindahkan ke departemen pengobatan Tiongkok sebagai direktur sebenarnya itu sama sekali bukan mempromosikan posisinya. Jadi masalah ini sama sekali tidak sulit. Sedangkan uang Hiro sudah diantarkan kepadanya dan seolah – olah dia telah memberikan bantuan yang sangat besar kepadanya. Bukankah itu sangat bodoh? Hiro sama sekali tidak tahu mengenai masalah ini. Jadi setelah keluar dari rumah sakit dia segera menelepon Axel dan menceritakan hal ini dengan penuh semangat. Axel juga tampak begitu senang dan bersemangat setelah mendengarkan ceritanya. “Hiro, kau memang sangat bisa diandalkan dalam pekerjaanmu!” “Dari seorang petugas pembersih tiba – tiba dipromosikan menjadi direktur departemen? Bukankah si Reva akan sangat kegirangan sekarang?” “Sekarang baru pergi mencarinya dan meminta kartu itu. Aku ingin lihat apakah dia bisa menolaknya?”
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat