Hiro, “Ma, ucapan kak Nara sama sekali bukan omong kosong.” “Apotik Fortune sudah masuk dalam daftar perusahaan terpopuler. Nilar pasar perusahaannya lebih dari 10 milyar dolar dan masih terus meningkat. “Kita jelas tidak mungkin bisa membuka apotik sebesar itu.” “Tetapi, membuka rantai apotik yang lebih kecil seharusnya tidak masalah.” Alina: “Benarkah?” “Kecilnya itu seberapa kecil?” “Nara, jika terlalu kecil, lebih baik kita berdua ongkang – ongkang kaki di rumah saja!” Nara benar – benar tak berdaya menghadapi mereka. Karena ujung – ujungnya mereka hanya ingin pamer dengan membuka rantai apotik yang besar. Tetapi, sepertinya dia tidak bisa mencegah mereka untuk melakukan hal ini. Nara juga sudah memikirkan masalah ini, dengan membuka apotik sebenarnya tidak akan ada masalah dan selain itu juga tidak akan rugi terlalu banyak. Lalu Nara mengangguk dan berkata, “Oke, kita buka rantai apotik.” “Perusahaan akan mengalokasikan 10 juta dolar sebagai modal awal.” Alina tampak tidak puas dan berkata, “Sepuluh juta ini terlalu sedikit.” “Perusahaan bahan obat saja 30 juta dolar!” Lalu dengan cepat Nara berkata, “Ma, ini kan hanya modal awal.” “Kalau sudah selesai, perusahaan akan melakukan investasi tambahan.” Kemudian Alina menatap Axel. Wajah Axel masih tampak kesal tetapi mau tak mau dia juga mengangguk dan menyetujui hal ini. Dan akhirnya Nara mengalokasikan 10 juta dolar untuk membuka rantai apotik bagi mereka. Kemudian masalah selesai. Meskipun begitu, Axel tetap berjalan keluar dari kantornya dengan perasaan marah. Melihat sikapnya itu sepertinya dia masih sangat kesal dan tidak puas dengan Nara. Setelah mengantar orang – orang ini keluar lalu Nara menatap Reva dengan tatapan maaf, “Reva, maaf yah, orang tuaku…” Reva langsung mengibaskan tangannya dan berkata dengan lembut, “Aku sudah pernah katakan, tak perlu minta maaf kepadaku.” “Apapun yang kau lakukan, aku pasti akan mendukungmu!” Nara merasakan kehangatan di hatinya. Dia memeluk Reva dengan erat lalu bersandar di bahu Reva. Dia merasa seolah – olah telah memeluk seluruh dunia. Reva merasa begitu senang karena ini adalah pertama kalinya Nara memeluk dia. Tetapi kemesraan itu segera buyar ketika seseorang mengetuk pintu ruangan. Dengan cepat Nara melepaskan tangannya dan pipinya merona merah. Lalu dia mencoba sebaik mungkin untuk menenangkan dirinya kemudian dengan lembut berkata, “Masuk!” Sekretarisnya mendorong pintu dan masuk. “Direktur Shu, ruang meeting sudah siap. Sesuai dengan instruksi anda, meetingnya akan dimulai dalam sepuluh menit. Apakah ada hal lain yang ingin anda tambahkan?” Nara mengangguk dan berkata, “Oke, cukup itu saja. Kau lanjutkanlah kesibukanmu!” Lalu sekretarisnya berjalan keluar. Kemudian Nara menatap Reva yang berada di sampingnya dengan ekspresi tidak rela dan tidak bisa menahan senyum. “Oke, aku masih ada urusan penting!” Lalu Nara meraih lengan Reva dan bertingkah seperti anak manja. Dan Reva berpura – pura seperti tertindas dan berkata, “Memangnya urusan kita tidak penting?” Nara langsung memutar matanya dan berkata, “Kau ini ngomong apa sih?” “Tak ada hal yang lebih penting daripada urusan kita berdua!” “Tetapi, aku masih sibuk sekarang, nanti aku akan menebusnya!” Kemudian Reva mengangguk sambil tersenyum. “Ngomong – ngomong, Nara, bagaimana dengan 3 milyar itu?” Nara: “Kau simpan saja!” “Aku kan sudah bilang seluruh 3 milyar ini milikmu.” “Kau bisa melakukan apa saja yang kau mau, tak perlu tanya aku!” Lalu dengan lembut Reva berkata, “Kau kan istriku. Tentu saja aku harus tanya kepadamu bagaimana menangani 3 milyar itu!” Lalu sambil tersenyum Nara berkata, “Dasar bodoh.” “Sudahlah, kau simpan dulu uangnya. Anggap saja itu sebagai uang pribadi kita. Oke?” Lalu Reva tersenyum dan mengangguk. Kemudian Nara membereskan bahan – bahan dan materi meetingnya. Ketika dia hendak pergi tiba – tiba dia bertanya, “Ngomong – ngomong, gimana caranya kau bisa menjadi direktur departemen rumah sakit itu?” Reva langsung terkekeh dan berkata, “Aku sangat ahli dalam kedokteran jadi dekan rumah sakit membuat pengecualian untukku lalu mempromosikan aku menjadi direktur departemen!” Nara langsung tersenyum dan sambil mengulurkan tangannya lalu menepuk dahi Reva dan berkata, “Selalu saja suka bercanda!” “Baiklah, aku akan pergi meeting dulu. Kau tunggu aku untuk makan siang bersama nanti!” Setelah berbicara, Nara membalikkan badannya dan pergi. Tetapi ketika dia sampai di pintu tiba – tiba dia kembali lagi. Dengan cepat dia menghampiri Reva lalu berjingkat untuk mencium Reva. Kemudian dia pergi dengan wajah merona. Reva langsung serasa terbang ke angkasa saking senangnya! Dan tiba – tiba saja bersamaan dengan ini Tiger menelepon dan mengabarkan, “Tuan Lee, ada kabar buruk, sesuatu telah terjadi!”
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat