Bab 281 Nara, transferkan uang kepada kami
Reva tampak tak berdaya. Ketika orang – orang ini sedang tidak bisa diajak berbicara maka tak ada yang bisa menghadapi mereka.
Nara tampak cemas dan berkata, “Ma, mengapa kau berbicara seperti itu?”
“Reva kan berbicara dengan niat baik, kenapa jadinya seperti dia telah menyinggungmu saja?”
Alina langsung memutar matanya dan terlalu malas untuk menjawab.
Hana langsung mencibir dan berkata, “Dengan papa mama di sini apakah dia memiliki hak untuk berbicara disini?”
“Dia juga tidak pergi ngaca dulu, orang seperti apa dia itu. Punya hak darimana untuk berbicara di sini?”
“Dia itu hanya menantu sampah. Apakah kau tahu apa artinya itu?”
“Pada jaman dahulu, wanita yang sudah menikah dan tinggal di rumah orang tua pria, tidak diperbolehkan untuk makan di meja dan hanya bisa menuruti ucapan kedua mertuanya. Ini yang namanya aturan, ngerti tidak?”
Nara tampak sangat marah dan berkata, “Hana, apa yang kau katakan ini? Sekarang sudah jaman apa!”
“Kami berdua adalah pasangan suami istri. Dan status kami adalah setara.”
“Ma, kau adalah tetua di keluarga kita dan sudah sewajarnya kami menghormatimu.”
“Tetapi kau juga harus memiliki sikap seorang tetua.”
“Jangan setiap kali selalu menganggap rendah orang lain, oke?”
“Dia menikah denganku artinya dia setara dengan siapapun dan tidak akan lebih rendah dari siapa pun statusnya!”
Alina langsung kesal dan berkata, “Apa maksudmu?”
“Ooh, jika seperti itu berarti di kemudian hari aku harus menghormatinya, begitu?”
“Apakah di kemudian hari aku perlu kowtow kepadanya setiap kali aku bertemu dengannya? Perlu berlutut dan bersujud juga? Berapa kali?”
Nara terdiam sejenak dan berkata, “Ma, aku tidak mengatakan seperti itu!”
“Maksud aku, Reva sudah begitu hormat terhadapmu yah setidaknya kau juga harus sedikit menghormatinya lah!”
Hana langsung mencibir dan berkata, “Kak, berani sekali kau berkata seperti itu? Atas dasar apa kau minta mama menghormatinya?”
“Lintah tak berguna seperti dia yang bisanya hanya menumpang di rumah kita dan bergantung hidup padamu itu apakah perlu di hormati oleh papa dan mama?”
“Bahkan seorang pengemis yang kau pungut dari jalan saja lebih hebat daripada dia. Setidaknya pengemis itu lebih mandiri dan mencari makanan sendiri dengan mengemis! Sedangkan dia?!”
Nara sangat marah sampai terlihat gemetaran, “Kau.. mengapa kau berbicara seperti itu…”
“Memangnya Reva tidak baik di mananya? Dia mana ada bergantung hidup padaku!”
“Selama ini dia telah bekerja dan mendapatkan penghasilannya sendiri selama bertahun – tahun, apakah kalian tidak melihatnya?”
Melihat situasi ini, Axel dengan cepat menengahi, “Sudah, sudah, kalian masing – masing saling mengalah.”
“Hana, bagaimana bisa kau berbicara seperti itu dengan kakakmu?”
“Nara, kau juga benar – benar. Hana itu adikmu, setidaknya kau mengalah sedikit kepadanya!”
Nara yang begitu marah hampir saja menangis. Ucapan ini selalu dikatakan orang tuanya kepadanya sejak dia kecil.
Dia adalah adiknya dan Nara harus mengalah kepadanya!
Tetapi, mereka sekarang bukan anak – anak lagi!
Alina, “Sudahlah, mari kita membahas masalah serius.”
“Nara, aku dan ayahmu sudah mencari – cari toko yang bagus di sekitar sini, dan ada beberapa toko yang kelihatannya lumayan.”
“Begini, kau transferkan uang 10 juta dolar itu ke rekening kami dan kami akan mulai mendiskusikan masalah toko itu hari ini!”
Nara langsung terdiam ketika mendengar ucapannya ini.
“Ma, aku khawatir hari ini tidak bisa…”
Nara baru saja ingin menjelaskan tetapi Alina yang ekspresinya sudah berubah langsung menyela, “Kenapa tidak bisa?”
“Kita sudah sepakat kan. Mengapa, apakah kau berubah pikiran lagi?”
Hana langsung menoleh kepada Reva dan bertanya, “Apakah kau yang mempengaruhi kakakku lagi?”
“Reva, sebenarnya dimana kami telah menyinggungmu? Mengapa kau harus selalu mengganggu rencana kami?”
“Orang tuaku itu hanya ingin membuka toko saja, mengapa kau tidak mengijinkan kakakku untuk berinvestasi di dalamnya?”
Reva tampak bingung. Memangnya apa yang telah aku lakukan? Batin Reva.
Nara dengan cepat berkata, “Hana, kau mikir apa sih!”
“Masalah ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Reva. Ini karena perusahaan ada masalah!”
Axel lalu berkata dengan mendesak, “Memangnya apa yang terjadi dengan perusahaan ini?!”
Nara yang tidak berdaya dengan desakan mereka kemudian menceritakan masalah yang sedang di hadapi oleh perusahaannya.
Setelah mendengarkan ceritanya, Axel dan Alina langsung tercengang.
Perusahaan farmasi Shu adalah harapan mereka satu – satunya. Jika perusahaan ini sampai hancur, bukankan mereka semua harus kembali dari nol dan menjalani kehidupan yang miskin seperti sebelumnya?
Setelah beberapa saat, tiba – tiba Axel meraung, “Aku sudah bilang, kan! Aku sudah bilang, kan!”
“Aku sudah bilang kita tidak mampu menyinggung aliansi farmasi ini!”
“Kau tidak mau dengar. Merasa sendiri sudah benar, begitu sombong dan percaya diri.”
“Sekarang kau lihatlah, orang – orang itu ingin membuat kita hancur. Aku ingin lihat apa yang bisa kalian lakukan sekarang!”
“Satu – satunya harapan keluarga kita sudah hancur di tanganmu sekarang. Kau memang benar – benar hebat!”
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat