Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 33

Bab 33
Xavier tersenyum geli dan berkata: “Nara, kenapa diam saja? Cepat ucapkan terima kasih kepada kakek?!”
“Sebentar lagi supplier bahan juga akan datang untuk menagih hutang biaya bahan.”
“Jika kau tidak bisa menyelesaikan masalah ini maka saham di tanganmu menjadi tak ada harganya lagi!”
Mendengar ini Nara tercengang.
Sepertinya Tommy memang sudah merencanakan ini semua dari awal. Dia menghubungi supplier bahan itu sebelumnya untuk menagih hutang lalu memaksa Nara untuk menyerahkan semua saham yang ada ditangannya.
Tapi masalahnya sekarang darimana Nara dapat mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membayar hutang itu?
Jika dia tidak bisa membayar hutang – hutang itu, sebagai ketua perusahaan Shu Group, dia harus masuk penjara!
Axel berbisik: “Pa, saham di tangan Nara bernilai … 50 juta dolar. Kau.. kau hanyamembayar 500.000 dolar, ini … ini terlalu sedikit …”
“Hahaha..” Xavier mencibir: “Dengan kekacauan yang dia buat ini aku rasa 500.000 dolar juga sudah terlalu banyak. Jika kami tidak segera mengambil alih nantinya malah dia akan dipenjara karena masalah ini!”
“Kakek sudah cukup baik terhadapmu dengan membayar 500.000 dolar!” ujar Kesya dengan cemberut. “Seharusnya kau yang membayar kami dan memberikan sahammu kepada kami.”
Alina: “Tetapi jika saham ini dijual ke publik setidaknya juga bernilai lebih dari 500.000 dolar!”
“Kalau begitu coba kau jual saja!” Tommy berkata perlahan, “Memangnya kalian bisa keluar dari pintu perusahaan ini?”
Bersamaan dengan itu ada segerombol orang yang masuk dari pintu itu. Mereka semua adalah supplier bahan-bahan.
“Di mana Nara? Tutup pintu gerbangnya. Jika dia tidak melunasi hutangnya hari ini, dia tidak akan pernah keluar dari pintu gerbang ini!”
Wajah Axel memucat: “Sudahlah, Nara, 500.000 yah 500.000. Kita sudah ditakdirkan tak bisa menjadi ketua. Kau jual saja sahamnya!”
Alina: “Ya, setidaknya kita masih mendapatkan 500.000 dolar!”
Nara menggertakkan giginya. Dia merasa tidak rela.
“Ayo cepat tanda tangani kontraknya dan 500.000 dolar ini menjadi milikmu!”
Tommy mengeluarkan kontrak yang telah dibuatnya lebih dulu.
Nara menatap Reva seakan meminta pendapatnya.
“Jangan ditanda tangani!” ujar Reva dengan cepat.
“Reva, kau sudah gila ya?” Alina kesal: “Jangan tanda tangan? Kau lihat situasi ini, apa bisa menolak untuk tanda tangan? Kau ingin Nara masuk penjara ya?”
Axel berteriak dengan geram: “Punya hak apa kau ikut campur dalam urusan keluarga kami? Kau hanya menumpang hidup dirumah kami. Jika di jaman dulu kau bahkan tak berhak untuk makan semeja dengan kami!”
Semua orang tertawa dan memandang Reva dengan tatapan menghina.
Reva berjalan ke supplier bahan itu: “Saudara – saudara semua, jangka waktu pembayaran adalah setengah tahun. Sekarang baru tiga bulan mengapa sudah menagih biayanya? Ini tidak sesuai dengan kontraknya!”
“Kau tak usah banyak ngomong!” seorang pedagang material berkata dengan keras: “Dulu, penanggung jawab perusahaan ini adalah ketua Shu. Tentu saja kami percaya dengan ketua Shu. Sedangkan Nara, kami tak kenal dengannya. Atas dasar apa kami harus percaya dengannnya dan menunggu hingga setengah tahun?”
“Ya.. yang benar saja. Gadis muda seperti dia punya kemampuan apa untuk mengelola perusahaan sebesar ini. Jika dibuat bangkrut olehnya lalu kita mau nagih ke siapa?”
“Aku juga mendengar bahwa semua pesanan mereka telah dibatalkan. Perusahaan ini pasti akan bangkrut!”
“Kalau menurutku, dia terlihat cukup cantik untuk apa memaksakan diri menjadi ketua perusahaan? Lebih baik jadi lady escort saja!”
“Hahaha, kalau dia menjadi lady escort aku pasti akan memesannya setiap hari…”
Gerombolan supplier bahan itu semua tertawa terbahak – bahak.
“Kalau begitu kalian semua sudah memutuskan untuk menagih hutangnya semua?” tanya Reva dengan dingin
Pedagang bahan: “Apa masih perlu ditanyakan lagi?”
“Bagus sekali!” Reva mengangguk: “Kami akan membayar semua hutang itu. Tetapi kau juga harus ingat bahwa mulai sekarang kalian bukanlah supplier perusahaan ini lagi!”
Pedagang Bahan: “Brengsek, kau kira kami takut?”
“Perusahaan masih bisa terus berproduksi atau tidak saja sulit ditebak. Otak kami tidak rusak.
Untuk apa kami terus mensuplai bahan kepada kalian?”
“Jangan khawatir, selama kau masih berada di sini, kami tidak akan pernah mensuplai perusahaanmu seumur hidup ini!”

Post navigation

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat