Bab 410
Mendengar ucapan Reva itu, mulut Nara langsung bergetar seolah–olah ingin berbicara tetapi pada akhirnya dia juga tidak menghentikannya.
Dia tahu bahwa Reva melakukan itu semua demi kebaikannya sendiri dan tidak ingin membuat dirinya sedih dan serba salah.
Tetapi, jika mereka masih tinggal bersama seperti ini, di kemudian hari Reva pasti akan menderita dan ditindas lagi.
Dia menatap Reva dengan penuh kasih sayang dan merasa sangat tersentuh.
Pada awalnya pernikahan itu terlalu dipaksakan. Dia dan Reva sama sekali tidak memiliki perasaan apapun.
Tetapi sekarang, sedikit demi sedikit hatinya telah meleleh dan memiliki rasa terhadapnya.
Bisa mendapatkan pria seperti itu benar–benar berkah terbesar yang Tuhan berikan kepadanya!
Mendengar ucapannya Alina sangat gembira: “Reva, benarkalı ucapanmu itu?”
“Aduhh, aku sudah bilang kan, anak ini memang paling pengertian.”
“Kalau begitu, papamu dan aku akan pindah dan tinggal disini.”
“Hiro, ayo bawa mobilmu dan antar kami pulang untuk berkemas!”
“Dan juga panggil seseorang untuk memindahkan barang – barang di rumah ke sini!”
Axel yang lebih banyak diam langsung mengibaskan tangannya. “Apa yang ingin kau pindahkan kesini?”
“Kau bawa saja beberapa pakaianmu ke sini!”
“Disini semuanya ada dan sudah lengkap. Apalagi semuanya juga baru.”
“Barang – barang lama di rumah itu tidak perlu di bawa lagi!”
Alina mengangguk – angguk. “Ya, ya, benar. Perabotannya baru semua, untuk apa kita menggunakan perabot lama lagi?
“Ayo pulang dan kemasi pakaianmu!”
Lalu dengan gembira mereka berempat pergi meninggalkan Reva dan Nara di ruangan itu yang saling menatap.
Tadi mereka masih meneteskan airmata tetapi ketika mendengar bahwa mereka diperbolehkan pindah kesana langsung tersenyum dengan lebar.
Nara tampak tak berdaya. Dia menghela nafas dan berkata, “Reva, maafkan aku.”
Reva mengibaskan tangannya dan berkata, “Nara, aku sudah pernah bilang.”
“Kita ini suami istri. Tidak perlu meminta maaf kepadaku.”
Nara: “Tetapi, mereka...”
Reva langsung menyela ucapannya. “Tidak apa–apa. Rumah ini hanya ditinggali sementara saja agar memudahkan kau pergi bekerja.”
“Tunggulah sebentar lagi. Nanti kita akan cari rumah yang kau sukai, bagaimana?”
Nara tersenyum dan berkata, “Ooh, jadi kau sudah banyak uang nih sekarang?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat