Menantu Dewa Obat
5 mutiara
Bab 434
Roy juga ikut mengeluh. “Devi, kau harus bersikap sopan saat berbicara dengan orang yang lebih
Tua.”
“Kau juga berasal dari keluarga medis yang bisa dibilang ada keluarga yang terpelajar. Jadi seharusnya kau memahami sopan santun seperti ini.”
“Ma, kau jangan marah.”
“Devi baru saja lulus. Dia tidak terlalu memahami masalah sosial di dunia luar ini.”
Ada jejak penghinaan di wajah wanita itu. “Makanya itu aku katakan, betapa pentingnya bibit, bobot dan bebet seorang pasangan.”
“Orang yang berasal dari keluarga sederhana seperti ini sulit untuk dibanggakan!”
Dengan cepat Roy berkata, “Ma, kau jangan terlalu memikirkan itu.”
“Beri dia kesempatan!”
Wanita itu mengibaskan tangannya. “Sudahlah lupakan saja. Aku malas untuk berbicara omong kosong.”
“Baiklah, karena putraku telah berbicara seperti itu maka aku akan memberimu kesempatan.”
“Sekarang kau pergi berkemaslah dan pindah ke departemen putraku. Aku yang akan mengurus hal lainnya.”
“Dan juga jangan memamerkan nama keluarga kami sebelum semua masalah ini sukses.”
Dan pada saat ini Devi baru mulai mengerti sedikit lalu dia langsung berkata, “Tunggu sebentar!”
“Tante, apa… apakah kau ingin aku menjadi menantu keluargamu?”
Wanita itu mendengus dingin. “Masalah ini belum sukses jadi jangan berkata dengan begitu pasti dulu.”
“Meskipun profesi kedua orangtuamu tidak ada masalah tetapi jika dibandingkan dengan bisnis keluargaku, itu masih agak sedikit lebih buruk.”
“Kau bisa menjadi menantu keluargaku atau tidak itu tergantung dari kinerjamu sendiri!”
Roy juga ikut mengangguk – angguk. “Devi, sebenarnya papaku ingin aku menikah dengan putri dari seorang direktur perusahaan.”
“Tetapi aku benar- benar tidak memiliki perasaan sama sekali kepadanya.”
“Aku sudah jatuh cinta kepadamu sejak pertama kali aku melihatmu.”
“Kau harus bersikap baik agar kedua orangtuaku bisa menerimamu!”
Devi tertawa dengan marah. Dia menunjuk Roy dan berkata, “Dokter Roy, jangan sampai kau menyakiti dirimu sendiri.”
“Cepat kau cari putri dari direktur perusahaan itu. Aku benar-benar tidak pantas untukmu.”
“Sudahlah, pekerjaanku juga belum selesai jadi aku tidak punya waktu untuk menemanimu!”
Devi membalikkan badannya untuk pergi. Tetapi wanita itu langsung kesal dan berkata dengan marah, “Berhenti!”
“Sikap macam apa itu?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat