Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 789

Menantu Dewa Obat Chapter 789

Spencer sangat marah: “Axel, enyah saja kaul”

“Kau sendiri yang bilang tidak mau peduli lagi, lalu untuk apa masih ikut

ikutan berbicara di sini?”

Dengan bangga Axel berkata, “Ini rumahku, kenapa aku tidak boleh berbicara?”

“Spencer, ngapain kau teriak teriak di rumahku?”

*Percaya ngga kalau aku akan mengusirmu keluar dari rumah ini dengan sapu!”

Spencer sangat marah: “Coba saja kalau kau berani mengusir aku dengan sapu!”

Axel juga marah: “Reva, panggil polisi dan bilang bahwa ada orang yang masuk ke rumah kita secara ilegal dan ingin merampok!”

Alina sangat marah. Dia meraih cangkir di atas meja dan membantingnya ke lantai sambil meraung: “Diam kalian semua!”

Semua orang di ruangan itu terkejut.

Alina menunjuk Axel: “Kau, masuk ke kamarmu!”

“Reva, kau juga naik ke atas!”

Axel dan Reva saling menatap. Mereka berdua memilih untuk tetap berdiri di posisi mereka masing-masing.

Jarang jarang, ayah mertua dan menantu ini bisa kompak.

Alina sangat marah: “Kenapa? Apa sekarang kalian berdua sudah tidak mau mendengarkan ucapanku lagi?”

Nara berkata dengan suara rendah. “Ma, lebih baik kita cari cara untuk menyelesaikan masalah ini dulu.”

“Reva punya banyak kenalan. Siapa tahu saja dia bisa membantu!”

Tiba-tiba Alina tersadar. Ya, Reva kenal dengan pria pria hebat seperti Tiger dan Kenji. Siapa tahu saja dia benar-benar bisa menyelesaikan masalah ini.

Ekspresinya terhadap Reva langsung berubah. “Reva, anu, itu.. kau… kau kemarilah dan duduk dulu.”

“Menurutmu bagaimana cara kita menangani masalah malam ini?”

Axel masih ingin berbicara ketika Nara menatapnya dengan tajam. Akhirnya dia hanya bisa marah dalam

diam.

Reva berkata, “Ma, untung saja orangnya tidak mati.”

“Selanjutnya apa yang harus dilakukan sudah bukan kita yang bisa mengatakannya lagi.”

Alina berkata dengan suara rendah: “Aku tahu, tetapi kalau kita tidak melakukan apa – apa, nanti… nantinya adik sepupumu itu mungkin bisa masuk penjara!”

1/3

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat