Bab 904
Setelah mendengar ucapan Hiro akhirnya Alina baru merasa lega di dalam hatinya.
Asalkan Hiro tidak menagih uangnya dalam waktu dekat ini, maka untuk sementara hal ini juga tidak akan
ketahuan.
Selain itu, ucapan Hiro juga membuat hatinya tersentuh sedikit.
Dia mengangguk – angguk dan berkata, “Hiro, kau memang sangat sayang dengan mama!”
“Bagus, tidak sia–sia mama menyayangimu.”
“Setelah proyek ini selesai, nantinya aku dan papamu akan mencari cara agar bisa mengangkatmu menjadi CEO perusahaan!”
“Bekerjalah dengan baik, jangan sampai mengecewakan kami!”
Hiro mengangguk – angguk dan berkata, “Ma, kau tenang saja, aku tidak akan pernah mengecewakanmu!”
Begitu Alina pergi, Hiro langsung tertawa.
Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan Herman bergegas masuk dan bertanya: “Apa… apalagi yang sedang
kau lakukan?”
“Kenapa ada 30 juta dolar lagi yang keluar dari rekening perusahaan?”
“Hiro, kau baru datang ke perusahaan ini berapa hari? Tetapi kau malah sudah menghabiskan 5 milyar dolar.”
“Sekalipun kau ingin membelanjakan uangnya juga setidaknya kau beritahukanlah kepadaku. Lagipula, yang bertanggung jawab atas keuangan perusahaan sekarang ini adalah aku.”
“Dan sekarang aku bahkan tidak tahu kemana semua uang itu kau belanjakan. Bagaimana aku harus mengatur keuangan perusahaannya?”
Hiro menatapnya dengan tatapan menghina: “Cerewet!”
“Aku adalah manajer umum perusahaan ini. Ada begitu banyak hal di perusahaan ini. Apa aku harus melaporkan semuanya kepadamu?”
“Sebenarnya yang menjadi manajer umum itu kau atau aku?”
“Herman, tolong kau perhatikan posisimu sendiri!”
Herman sangat kesal: “Hiro, memang benar kau adalah manajer umum perusahaan ini!”
“Tetapi karena aku adalah bendahara perusahaan, jadi aku punya hak untuk mengelola pembukuan perusahaan.”
“Kau berikan catatan pembukuannya, aku harus memberikan penjelasan kepada dewan direksi perusahaan!”
Di saat yang sama, Reva juga baru saja datang ke lokasi konstruksi.
Siang ini Nara sangat sibuk sehingga Reva merasa bosan, jadi dia datang mengajak Herman untuk pergi makan bersama.
Baru saja sampai di depan pintu kantor, dia sudah mendengar suara orang yang bertengkar dari dalam
ruangan.
“Memangnya kau kira siapa dirimu? Kau punya hak apa untuk memeriksa pembukuan aku?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat