Menantu Dewa Obat
Bab 984
Joyce menghela nafas. Di dalam hatinya dia merasa sangat tidak enak sekali.
Melihatnya yang seperti ini membuat hati Alina mengendur kembali.
“Haih, sudahlah, jangan bicarakan hal ini dulu.”
“Reva, bagaimana kondisi tantemu?”
“Apa… apa dia baik-baik saja?”
Reva menggelengkan kepalanya, “Kondisinya tidak terlalu bagus.”
“Organ dalamnya rusak. Dia perlu bed-rest untuk beberapa waktu.”
“Namun, tante malah bersikeras hendak keluar dari rumah sakit dan tidak mau bekerja sama dengan proses pengobatannya. Ini sama sekali tidak membantu pemulihan lukanya!”
Dengan terburu-buru Alina bertanya, “Joyce, kenapa kau ingin keluar dari rumah sakit?”
“Tubuhmu saja sudah menjadi seperti ini, apa kau tidak bisa bekerja sama untuk proses pengobatannya?”
Joyce menghela nafas, “Kakak kedua, kan.. kantorku masih sibuk.”
“Kalau aku tidak kembali untuk bekerja, orang – orang akan berkata bahwa aku membolos dan
akan memecat aku…”
Alina mendelik kepadanya sambil berkata, “Perusahaan macam apa itu sama sekali tidak punya
nurani!”
“Kondisi fisikmu sudah menjadi seperti ini, lalu bagaimana caranya kau pergi kerja?”
“Joyce, kau jangan bohong lagi. Pasti Vanni sudah mengambil semua uangmu sehingga kau tidak punya uang untuk tetap tinggal dan berobat di rumah sakit, kan?”
“Biar aku kasih tahu yah, kau ini terlalu meremehkan aku!”
“Aku ini kakakmu sendiri, kalau ada apa apa kenapa kau tidak bisa memberitahukannya kepadaku? Mengapa tidak bisa datang mencariku?”
“Reva, berapapun biaya pengobatannya, aku yang akan membayar semuanya!”
Reva tersenyum, “Ma, dana dari yayasan medis nona Tanaka sudah membayarkan biaya pengobatannya yang sebelumnya.”
“Untuk yang selanjutnya aku juga sudah memberskannya.”
Alina menganggukkan kepalanya dengan puas. Tindakan Reva ini membuatnya merasa lebih menyayangi Reva.
Dengan terburu-buru Joyce berkata, “Kakak kedua, aku… aku tidak bisa memakai uangmu…”
“Aku tahu, kau ini kakakku sendiri. Kau juga memperlakukan aku dengan baik.”
“Tetapi kau sudah menikah, kalau….. kalau kau mengambil uang untuk membiayai keluargamu sendiri, maka… maka kau akan membuat mertuamu meremehkanmu.”
“Kalau hal ini ketahuan oleh kakak ipar, ini pasti akan berdampak buruk bagi kalian berdua…. kalau kalian berdua berselisih lagi maka itu adalah hal yang tidak baik.”
“Kakak kedua, yang penting keluarga kita rukun-rukun saja…”
Mata Alina memerah, sebagai seorang adik perempuan, dia selalu memikirkan tentang orang
lain.
Pada saat ini terdengar sebuah suara dari luar pintu, “Kalau sampai aku tahu memangnya
kenapa?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat