Bab 1104
Dengan cepat, mobil tiba di tujuan.
Ketika Tracy turun dari mobil, ia mau tak mau tercengang...
Ternyata jalan Bahagia nomor satu!
Tempat yang pernah ia tinggali bersama dengan Bibi Juni dan anak–anak.
Sebenarnya tempat ini menyimpan banyak kenangan indah. Ia sudah kembali ke Kota Bunaken begitu lama, seharusnya sejak awal ia mengunjungi rumah ini...
Tetapi ia tak berani.
Ketika ia kehilangan ingatan, hatinya selalu sakit ketika melewati jalan ini.
Sekarang ingatannya telah kembali, ia semakin tidak berani menginjakkan kaki di rumah ini.
Ia takut melihat foto Bibi Juni, takut tak bisa menahan kesedihan ketika mengingat kenangan itu...
Jadi, ia selalu menghindar.
Hanya saja tak disangka, saat ia akan pergi, Daniel malah membawanya dan anak anak kemari...
“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Tracy sambil mengernyitkan kening.
“Ini adalah rumah kita.” Daniel berbicara dengan suara rendah, “Kamu tidak ingin masuk melihat–lihat?”
“Tapi...”
“Wah, ternyata Papi membawa kita pulang.”
Suara antusias Carles menyela ucapan Tracy. Ia menunjuk jendela dan berkata dengan gembira, “Mainanku waktu kecil dan pakaianku masih ada. Sudah lama aku ingin pulang.”
“Benar, penemuan pertamaku juga di sini.” Carlos agak emosional, “Sekarang tidak tahu bagaimana kondisinya.”
“Juga ada boneka Emily, Olivia, Daisy di sini.” Carla mendongakkan kepala kecilnya mengamati rumah itu.
“Aku masih ingat ulang tahun tahun lalu, Papi membawa kita kemari. Papi bilang jika Mami pulang, siapa tahu akan kemari mencari kita, jadi kita harus sesekali pulang melihat–lihat.”
Ketika mendengar ucapan ini, hati Tracy bergetar, ia memandang Daniel secara spontan.
Sekeluarga berjalan masuk ke dalam, menarik perhatian banyak orang.
Tetangga–tetangga apartemen itu melihat mereka. Ada juga bibi-bibi tua yang mengenali mereka setelah dua tahun, “Bukankah mereka putri Bibi Juni dan cucunya?” katanya dengan semangat.
“Benar, mereka. Aku langsung bisa mengenali burung beo kecil itu.”
“Anak–anak sudah besar, perawakan mereka agak berubah. Tapi mereka masih menggemaskan seperti dulu.”
“Putrinya agak berubah, agak kurus dan dandanannya berubah.”
“Wajar dong. Dengar–dengar ia menikah dengan orang kaya. Temperamennya pasti juga berubah.”
“Apa yang tinggi itu adalah menantunya? Tampan sekali.”
“Benar, dia. Dua tahun lalu ia membawa anak–anak pulang, tapi istrinya tidak pulang. Kali ini benar–benar lengkap.”
Mendengar obrolan ini, hati Tracy menjadi emosional. Dulu ketika mereka tinggal di sini, Tracy selalu pergi pagi–pagi sekali dan pulang malam. Ia jarang sekali berbicara dengan tetangga.
Tetapi setiap kali Bibi Juni pergi antar jemput anak, pergi beli sayur. Ia selalu menyapa para tetangga jadi mereka pun dapat mengenali dirinya.
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar