Bab 1949
“Maaf, maaf!” Cole bergegas minta maaf dan langsung memarahi pelayan itu, “Apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak pakai mata saat berjalan?”
“Maaf, maaf ….”
Pelayan itu membungkukkan tubuhnya hingga sembilan puluh derajat dan terus meminta maaf.
“Tidak apa-apa,” Dewi tidak ingin mempersulit pelayan itu.
Juliana dan Michael yang melihat kejadian itu langsung bergegas menghampiri mereka.
Seorang pengikut dari keluarga Henderson menyerahkan sapu tangan kepada Dewi. Saat itu juga, tanpa sengaja Dewi melihat ada memar pada bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk orang
itu.
Itu jelas luka gigitan ular.
Mata Dewi pun menegang, tatapannya berubah dingin…
Ternyata, dalang di balik penculikannya dulu adalah Michael Henderson!!!
T
Pemimpin penculikan pada hari itu berada dalam rumah kayu di atas gunung dan terluka oleh gigitan ular yang dipanggil oleh Dewi. Meskipun setelah sekian lama, memar luka tersebut masih akan membekas.
Sehingga, hari ini ia masih terus mengamati siapa sebenarnya yang memiliki luka itu.
Ia mengira orang itu adalah Cole Kingsley.
Tak disangka, ternyata Michael Henderson pelakunya!
Tentu saja, bos mana yang akan langsung turun tangan mengurusi hal seperti ini? Mereka pasti akan menyuruh asisten terhandal mereka untuk melakukannya.
“Sebaiknya kita ke aula belakang. Aku akan menyuruh orang mengantarkan beberapa gaun untukmu.”
Juliana terdengar seperti Nyonya pemilik tempat itu.
“Cukup dibersihkan saja, tidak perlu repot-repot.”
Dewi menatap pengikut Henderson, lalu mengikuti Juliana menuju ruang istirahat di aula belakang.
Hana dan Sharon, kedua pengawal wanita dari Grup Moore, mengikuti Dewi dekat-dekat
Ia mengira kalau sifat Juliana hanya sedikit arogan. Tak disangka, ternyata ia sekejam ini. Mungkin bagi orang-orang seperti mereka, hidup para pelayan itu sama sekali tidak berharga.
Pemikiran ini jelas telah mendarah daging dalam otak mereka, sehinga ia dapat mengatakannya secara tenang di depan Dewi.
Dewi merasa sangat tidak nyaman, tetapi ia sadar ia tidak dapat berargumen dengan Juliana mengenai masalah ini …..
“Kamu mau minum anggur?” Juliana menyodorkan segelas anggur merah pada Dewi.
Dewi menerima gelas anggur itu. Aroma anggur yang manis merebak ke wajahnya, rasanya begitu murni. la pun meneguk anggur itu dan berseru, “Rasanya enak!”
“Kamu bisa minum anggur juga?” Juliana tersenyum, “Atau sengaja demi bisa berbaur dengan kalangan atas?”
“Apa maksudmu?” Dewi mengangkat alis dan menatapnya.
“Sebenarnya, mereka yang datang ke sini untuk bekerja sebagai pelayan memiliki latar belakang yang baik dan pendidikan tinggi. Bahkan, tinggi badan dan penampilan mereka harus diseleksi dengan ketat….”
Juliana menggoyang-goyangkan gelas anggurnya dan berkata dengan penuh arti, “Ketika mereka datang, mereka juga memiliki mimpi dan ambisi tersendiri, tetapi begitu mereka melakukan kesalahan, itu sudah lain cerita….”
Juliana terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Perasaan Tuan Lorenzo terhadapmu saat ini masih terhitung baru. Ia bersedia memberikan apa pun untukmu. Namun, bagaimana ke depannya? Berapa lama perasaannya itu dapat bertahan?”
“Tanpa dukungan dari keluarga besar ini, aku khawatir tidak lama lagi nasibmu akan sama seperti pelayan itu. Oh bukan, sejak dulu, istri bangsawan yang ditinggalkan hanya akan berakhir dengan tragis….
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar