Bab 1005
Di antara ketiga orang itu, kedua orang yang ditendang dadanya tampak lebih baik karena hanya tulang rusuk mereka saja yang patah dan kehilangan tenaga mereka untuk berkelahi.
Sedangkan orang yang rahangnya ditendang hingga muntah darah itu telah kehilangan separuh giginya dan hampir mati di tempat ini.
Melihat hal ini, yang lainnya menjadi terperanjat. Serangan Reva ini apa tidak terlalu kejam?
Reva yang berada di sisi lain membalikkan badannya lagi dan menyerang dengan tanpa ragu.
Selusin pria di rumah itu semuanya dibereskan oleh Reva dalam waktu kurang dari tiga menit.
Sedangkan Reva, dia sama sekali tidak mendapat satu bekas luka pun di tubuhnya.
Dengan ilmu dan kekuatannya saat ini, sangat mudah baginya untuk berurusan dengan selusin orang ini!
Tadinya Johnson merasa senang setelahnya wajahnya tampak terheran – heran dan pada akhirnya, ekspresinya tampak panik sekali.
Dia menatap dengan terperanjat pada semua orang yang terkapar di lantai dan pada saat ini dia baru mengerti bagaimana kuatnya si Reva ini.
Terdengar suara di area pintu. Itu adalah Agus yang sedang mencoba membuka pintu untuk melarikan diri.
Namun, pintunya sudah dikunci oleh Reva jadi bagaimana mungkin dia bisa membukanya?
Reva membalikkan badannya untuk melihat dia. Agus tampak sangat ketakutan sehingga kaki dan tangannya gemetaran lalu dengan suara bergetar dia berkata, “Bro, bro, aku tahu bahwa aku sudah salah dan aku juga tidak berani lagi…”
“Bro, tolong ampuni aku, ampuni nyawaku, lain kali aku tidak akan berani lagi…”
Reva: “Berlutut!”
Agus segera berlutut di lantai dan kali ini dia tidak berani ragu–ragu lagi.
Reva: “Tampar mulutmu sendiri!”
Agus buru–buru mengulurkan tangannya untuk menampar mulutnya, tamparannya sangat keras. Kali ini dia sama sekali tidak berani menguji batas garis kesabaran Reva.
Selama Reva tidak menyuruhnya berhenti, Agus akan terus menampar mulutnya sendiri.
Reva berjalan masuk ke dalam ruangan lalu duduk di sofa dan berkata dengan perlahan, “Duduk!”
Ekspresi Johnson sangat marah lalu dengan perlahan dia duduk di depan Reva.
Vanni juga memucat. Dia memeluk lengan Johnson dan menatap Reva dengan terkejut.
Johnson menggertakkan giginya dan berkata dengan lantang, “Kau mau apa?”
“Biar aku kasih tahu ya, papaku adalah Greg Park, dia adalah kepala keluarga Park yang berada di antara kesepuluh keluarga terpandang. Kalau kalu berani melakukan sesuatu padaku, papaku…”
Sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya, Reva sudah langsung menampar wajahnya.
Vanni tidak tahan lagi lalu dengan marah dia berkata, “Reva, cukup sudah!”
“Apa kau benar–benar mengira bahwa kau yang hanya menguasai sedikit ilmu kungfu itu lantas kau bisa berbuat dengan semena – mena?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat