Bab 322
Reva langsung memelototi mereka dan meraung, “Ya, aku memang menganggap kalian sudah mati!”
“Apa yang terjadi malam ini memang kesalahan Hana tetapi kalian berdua juga tidak bisa lepas dari tanggung jawab!”
“Lihat saja apa yang telah kalian lakukan. Kalian mengantar putri kandung kalian sendiri ke sini untuk di hina oleh orang lain!”
“Apakah ada orang tua yang seperti kalian?”
“Apakah kalian tidak merasa malu?”
Wajah Axel dan Alina langsung memerah ketika mereka di ajak membahas masalah ini karena mereka juga merasa bersalah.
Tetapi mereka tidak rcla di maki oleh Reva seperti ini.
Karena menurut mereka, siapa saja boleh memaki mereka atas masalah ini tetapi tidak dengan Reva karena dia adalah pria yang tidak berguna
“Apa katamu!”
“Coba kau katakan sekali lagi!”
Axel menggigil dan menunjuk Reva dengan jari telunjuknya Sunbil meraung.
Alina juga meraung dengan sengit. “Reva, akhirnya kau lepaskan juga topengmu Sekarang kau sudah berani menunjukkan belangmu yah?”
“Aku sudah tau sejak awal kau adalah serigala berkulit domba, Seperunjung yang tidak bisa dididik untuk patuh!”
“Keluarga Shu kami telah merawatmu selamanya tahun dan klumnya bernikah caramu memperlakukan kami.”
“Apa kau harap kami cepat mati sehingga kau bisa mengambil alih bisnis keluarga Shu kami?”
“Aku kasih tahu, itu udak inungkin!”
“Selama kita berdua masih hidup sehari, kami tidak akan menininkanmu untuk ikut campur dalam bisnis keluarga Shu kami!”
“Dan juga, kami pasti akan membuatmu bercerai dengan Nara!”
Reva memutar matanya dengan marah, dia tidak ingin berdebat lagi dengan keluarga ini.
Apapun yang terjadi, keluarga ini bisa memutarbalikkan segalanya seolah-olah semuanya adalah kesalahan orang lain.
1/3
“Kenapa kau tidak berbicara lagi?”
“Aku sedang berbicara denganmu, kau dengar tidak?”
“Dasar bajingan, melihat tampangmu saja bikin aku kesal. Aku akan akan membunuhmu!”
Alina yang marah itu langsung mengangkat tangannya dan hendak menampar Reva setelah dia menyelesaikan ucapannya barusan.
Reva menghindar ke samping sehingga membuat Alina semakin marah, “Beraninya kau mengelak!”
“Kenapa, kau pikir kau masih muda dan kuat jadi kau ingin melawan, yah?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat