Bab 383
Setelah dokter Tanaka selesai berbicara lalu dia pergi dengan terburu–buru.
Devi melihat ponselnya. Ada notifkasi pesan dari Aileen di layar ponselnya. Aileen mengajaknya pergi ke klub malam.
Devi tampak ragu – ragu sejenak tetapi akhirnya membalas dengan kata “oke.”
Suasana malam ini terlalu suram. Dia berencana untuk pergi minum – minum untuk menyingkirkan kesedihannya dengan mabuk.
Di sisi lain, Anya mengantar Reva sampai di bawah rumah Nara lalu mengeluarkan sebuah kotak.
– Tuan Lee, ini adalah rumput roh jantung yang kau katakan. Aku sudah mendapatkannya.
“Kapan penyakit putriku bisa sembuh?” tanya Anya dengan penuh semangat.
Reva mengambil kotak itu dan meliriknya lalu mengangguk dan berkata, “Kau atur dulu orangnya dan kau harus ingat, darahnya harus cocok dengan golongan darah putrimu.”
“Setelah pengaturan orangnya selesai dibuat, aku akan pergi untuk menyembuhkan putrimu.”
Anya sangat gembira.
Kondisi putrinya selalu menjadi kekhawatiran terbesarnya.
Sekarang setelah akhirnya ada secercah harapan, bagaimana mungkin dia tidak merasa senang?
Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Anya lalu Reva naik ke atas.
Begitu membuka pintu, ruangan itu tampak sangat kacau.
Axel dan Alina sedang duduk di ruang tamu. Mereka berdua tampak begitu khawatir.
Melihat Reva yang pulang keduanya langsung tercengang.
“Reva, kenapa... kenapa kau sudah pulang?”
Alina bertanya dengan heran.
Menurut mereka kali ini Reva pasti kalah. Mungkin dia akan mati di luar sana setelah acaranya berakhir dan dia tidak akan pernah kembali lagi.
Nara yang mendengar suaranya langsung mendorong pintu kamar dan keluar dari dalam kamarnya
Begitu melihat Reva dia langsung menangis dan bergegas memeluk Reva.
“Reva, bagaimana kabarmu? Apakah kau baik–baik saja?”
“Maaf, aku.. aku terlalu pois, leupi ku tidak bisa melihat l
amtu!”
“Apapun yang terjadi aku akan menanggungnya bersamamu.”
“Berapapun banyaknya uang yang harus dibayarkan aku akan membantumu membayarnya, meskipun aku harus menjual perusahaan farmasi Shu dan mendapatkan uang dari bekerja paruh waktu dalam seumur hidupku”
Alina inengerutkan keningnya, “Nara, jangan sembarangan bicara.”
“Perusahaan farmasi Shu bukan punyamu sendiri. Kau tidak bisa menjualnya begitu saja.”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat