Bab 43
Reva yang baru saja kembali ke kantor Nara bertemu dengan Axel dan Alina.
Axel mengenakan setelan baru dan Rolex Reva dengan arogan.
Alina juga mengenakan pakaian yang dia kenakan hanya untuk jamuan makan mewah waktu itu dengan kalung besar di lehernya dan berdandan dengan cantik.
“Oh, masalah sepele seperti ini tak perlu merepotkan Nara. Kau bisa langsung datang mencariku saja!”
Axel membuang portofolio dan melambaikan tangannya, “Berikutnya!”
Karyawan itu diam-diam mengambil portofolio dari tanah, menundukkan kepalanya dan pergi.
Karyawan lain berjalan mendekati Axel: “Tuan Shu, ini adalah formulir pesanan baru yang perlu ditandatangani oleh direktur Shu!”
Axel bahkan tidak melihatnya: “Letakkan di sini saja, aku akan menandatanganinya.”
Karyawan: “Tuan Shu, ini… ini harus ditandatangani oleh direktur Shu saja.”
Axel tampak kesal: “Ehh, apa maksudmu sekarang?”
“Nara itu putriku, dia adalah ketua perusahaan. Jadi perusahaan ini miliknya yang berarti milikku
juga.”
“Apa bedanya aku atau dia yang tanda tangan?”
“Bukan itu yang aku maksud …” Karyawan itu agak tak enak menjelaskannya: “Masalahnya ini ada sangkut pautnya dengan rekening perusahaan jadi aku perlu.. stempel resmi perusahaan….”
Axel tertegun sejenak dengan ekspresi tidak senang di wajahnya: “Kalau begitu letakkan disini saja, nanti aku akan menyampaikannya dan meminta segel resmi darinya!”
Karyawan itu terlihat sedikit ragu-ragu dan Axel pun mulai memaki dengan emosi, “Kau tidak dengar kata-kataku barusan?”
Karyawan itu lalu meletakkan dokumen itu dengan tergesa-gesa dan Axel terus melambaikan tangannya: “Berikutnya! Aku bilang, kalian ini bisa cepat sedikit tidak? Dengan kinerja kalian seperti ini apakah kalian masih pantas mendapatkan bonus yang dibagikan kemarin?”
Sekelompok karyawan itu tidak berani berbicara. Mereka menyerahkan dokumen mereka dengan tergesa-gesa.
Melihat itu Reva terdiam. Nara baru saja menjadi direktur di perusahaan ini. Axel dan Alina sudah datang mengacau disini.
Jika orang awam yang melihat situasi ini mungkin akan mengira bahwa Axel adalah direkturnya.
Alina melihat Reva sekilas dan wajahnya tiba – tiba tampak tidak senang:”Reva, untuk apa kau datang kesini?”
Reva: “Ini sudah tengah hari, aku datang kesini untuk mengajak Nara pergi makan.”
Alina merengut dengan kesal: “Seharusnya kau tetap menyapu saja di rumah sakit. Untuk apa datang kesini?”
“Kenapa, makanan dirumah sakit tidak enak yah? Jadi kau sengaja datang kesini agar ditraktir Nara makan dan minum?”
“Reva, Reva, kalau dirumah biasanya kau mau memungut sedikit rejeki sih tidak apa-apa.”
“Tetapi, ini kan di perusahaan Nara, bisa tidak kau jaga sedikit saja imej Nara disini?”
Semua orang di sekitar situ menoleh untuk melihat mereka dan terus-menerus mengejeknya.
“Menantu laki-laki menumpang kepada mereka ini kulitnya setebal kulit badak. Masa makan siang saja juga harus memohon kepada istrinya?”
“Dia tak punya keahlian atau prestasi apa pun, hanya bergantung hidup pada istrinya saja. Benar – benar tak berguna!”
“Eehh, direktur Shu adalah orang yang cukup hebat. Dia memiliki prestasi yang cukup bagus dan – sangat cantik. Mengapa dia malah mencari suami yang tidak berguna seperti ini?”
“Haihh, apa – apaan ini? Kenapa malah datang ke perusahaan ini untuk meminta makan? Memangnya dia pernah memberikan kontribusi apa ke perusahaan ini? Cih! Tak tahu Malu!”
Reva tampak tidak senang mendengarnya. Tanpa bantuanku kalian mana bisa mendapatkan orderan senilai tiga miliar dolar itu?
Siapa yang tidak memberikan kontribusi kepada perusahaan?
Aku adalah orang yang paling banyak berkontribusi untuk perusahaan ini!
Namun, dia tidak bisa mengucapkan kata-kata ini.
“Ma, aku pergi mencari Nara.”
eno
“Berhenti!” Alina berdiri tepat di depannya: “Apakah kau tidak mendengar apa yang barusan aku katakan?”
“Lain kali kau tidak boleh masuk ke kantor Nara lagi!”
“Pak Security, kau jaga pintu gerbang dengan baik yah, lain kali dia tidak diijinkan untuk masuk ke perusahaan ini lagi!”
“Ya!” Beberapa security itu menjawab dengan serempak.
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat