Bab 1033
“Jika kamu tidak melakukan semua kejahatan itu, siapa yang bisa mendesakmu sampai matiza Tuan besar melemparkan setumpuk koran ke wajah Devina, sambil berseru dengan marah “Coba kamu lihat sendiri apa saja yang telah kamu perbuat, apakah kamu masih pantas menyandang nama Keluarga Wallance? Kamu sungguh membuat malu nama Keluarga Wallance.”
“Siapa yang memaksaku hingga menjadi seperti ini? Bukankah itu Ayah?”
Sekarang Devina sudah berusia 60–an tahun, tetapi Tuan Besar masih memarahinya di depan begitu banyak orang, sungguh membuatnya malu dan hatinya semakin dipenuhi kebencian.
“Kamu... Kamu sungguh tidak tertolong lagi!!” Tuan Besar sangat emosi hingga penyakit jantungnya hampir kambuh lagi, “Jika tahu seperti ini, tidak seharusnya Ayah menolongmu, biarkan kamu mati saja...”
“Apa Ayah menolongku? Akulah yang kehabisan jalan keluar, maka pergi mencari Ayah.” Devina berkata dengan marah, “Apa sekarang Ayah ingin menyerahkanku kepada cucu Ayah itu atau langsung menyerahkanku kepada wanita bermarga Moore itu, agar mereka langsung menghabisiku?”
“Kamu...”
“Sudahlah, Nona Devina.”
Sanjaya sungguh tidak ingin membuat Tuan Besar emosi lagi, maka dia buru–buru menengahi.
dir
“Pesawat kita sudah siap, berencana keluar dari Kota Bunaken dengan berpura–pura menuju Negara Maple. Nanti dalam perjalanan, pesawat akan mengantar Nona ke Afriland. Tuan Besar sudah berumur, kesehatan tidak terlalu baik. Namun, demi Nona, dia masih bersusah payah seperti ini. Nona harus memahami kesungguhan hati dan jerih payahnya!”
Mendengar perkataan ini, Devina terdiam. Masalah sudah seperti ini, ayahnya adalah satu satunya tali penyelamat baginya. Jika dia bahkan menghilangkan tali penyelamat ini, maka sungguh tidak akan ada jalan lain.
“Terima kasih, Ayah.” Akhirnya Devina melembutkan nada bicaranya, “Aku akan mendengarkan Ayah!”
“Bersiap berangkat.” Tuan Besar membuat sebuah gerakan tangan.
“Baik.” Sanjaya segera mengatur, “Nona Devina, Nona harus bersusah sebentar.”
Sanjaya menyuruh orang untuk mendadani Devina, lalu memasukkannya ke dalam koper yang sangat besar. Kemudian, memasukkan koper ke dalam bagasi dan rombongan mobil pun perlahan–lahan pergi.
Di dalam mobil, melihat pemandangan hujan di luar, raut wajah Sanjaya sangat tegang. Dimya yang selalu tenang, saat ini merasa sangat khawatir.
“Tidak perlu tegang.” Tuan Besar menenangkan, “Tidak ada orang yang berani memeriksa mobilku.”
–
TO THE
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar