Bab 1877
Lorenzo sedang minum kopi di ruang makan, saat melihat Dewi turun, dia mengira wanita itu datang untuk menemaninya sarapan, tetapi tidak disangka wanita itu langsung keluar.
Nola mengikuti dari belakang sambil mengingatkan dengan panik, “Nona Wiwi, angin di luar sangat kencang, berhati–hatilah!”
Dewi tidak menoleh sedikit pun dan langsung menghilang.
Lorenzo tidak bisa berkata–kata, wanita ini benar–benar tidak bisa dibiarkan!
Sudah diberikan bunga dan perhiasan, dia bahkan tidak terharu, malah menyulitkan dirinya sendiri.
Sepertinya dia tidak suka perhiasan.
Benar juga, dia memang bukan wanita biasa, tentu saja tidak bisa dihadapi dengan cara biasa.
“Tuan, waktunya hampir tiba.” Jeff datang untuk mengingatkan, “Ada rapat penting pukul 10, ketiga keluarga harus hadir.”
“Hm.”
Lorenzo meletakkan gelas kopinya, lalu berdiri dan mengenakan mantel, kemudian berjalan ke arah luar.
Jeff mengikuti dari belakang, mobil pun sudah siap di luar.
Lorenzo berjalan keluar, tetapi saat bersiap menaiki mobil, dia melihat Dewi yang sedang meringkuk di bawah mercusuar yang tidak jauh darinya seperti sedang mencari sesuatu.
Nola membujuk dengan panik, “Nona Wiwi, cepatlah pakai mantel, Anda bisa masuk angin.”
Dewi tidak bergeming, dia memegang tongkat di tangannya dan terus membongkar salju untuk mencari sesuatu.
“Bukannya sudah ketemu? Sedang mencari apa lagi di sini?”
Lorenzo bertanya pada pengawal yang berjaga di samping.
“Tuan, sepertinya ada sebuah cincin batu rubi yang masih belum ditemukan.” jawab pengawal itu dengan hormat.
Lorenzo enggan menanggapinya dan bersiap memasuki mobil, tetapi pada saat ini, tiba–tiba scorang pelayan menjerit, “Ah, cepat lihat!”
1/3
Lorenzo melihat ke sumber suara, ada seekor tupai putih yang sedang bermain di dahan pohon sambil memeluk batu rubi.
Sepertinya tupai itu mengira itu makanannya, ia menggigit beberapa kali, setelah tidak berhasil, ia pun menatap batu rubi itu sambil termangu.
“Pantas saja tidak ketemu, ternyata kamu mengambilnya.” Dewi menatap tupai itu dengan riang, lalu mengulurkan tangannya, “Patuh, cepatlah ke sini!‘
“Bagaimana mungkin hewan akan patuh? Nona Wiwi tenang saja, aku segera minta orang menangkapnya.”
Saat Nola bersiap memanggil orang, Dewi sudah bersiul, lalu tupai itu segera melompat ke pundaknya dan menyerahkan batu rubi yang sedang dipegang itu dengan patuh padanya.
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar