Bab 1981 Ingat!
Terhadap niat baik Dewi, Denny sama sekali tidak menghargainya, bahkan menatapnya dalam- dalam dan berkata, “Tania di surga seorang diri. Dia begitu menyukaimu, tunggu aku keluar dari sini, aku akan membunuhmu untuk menemani Tania di sana!!!”
Dewi sama sekali tidak memedulikan ancamannya, karena Denny dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Namun, kematian Tania merupakan pukulan yang sangat besar baginya, bahkan dia mulai meragukan kemampuan medisnya, jadi dua tahun setelah itu, Dewi menutup diri dan tidak lagi melakukan praktik medis.
Hingga Pangeran Willy menemukannya, memintanya sepenuh hati dan berulang kali, ditambah dengan Yayasan yang kekurangan dana, panti asuhan membutuhkan dana yang sangat besar, barulah dia ke Denmark….
Dia mengira masalah tahun itu sudah berakhir. Tak disangka. Denny sudah keluar dari penjara. dan mencarinya hingga ke sini…..
“Nona Dewi, Nona Dewi, Nona Dewi!!!”
Seruan Kelly menghentikan pikiran Dewi, dia sadar dari lamunannya, menggenggam permennya, mendongak dan menatap Kelly, “Ada apa?”
“Wajahmu terlihat pucat, Nona baik-baik saja?”
Kelly menatapnya dengan khawatir.
“Tidak apa-apa.” Dewi menggelengkan kepalanya, “Kalian kembalilah bekerja, aku sarapan pagi
sendiri.”
“Baik.” Kelly keluar bersama pelayan.
Dewi melihat sarapan mewahnya, tapi ia malah tidak berselera sama sekali. Dia berbaring di kursi malas, menghirup angin laut. Melihat permen itu, ia teringat pada Tania yang meninggal, hatinya rumit sulit diucapkan dengan kata-kata….
Ponsel di atas ranjang bergetar, dia pun tidak menyadarinya.
Sepanjang hari, Dewi mengurung dirinya di dalam kamar, tidak ingin kemana-mana, makan sedikit langsung tidur, ponselnya pun tidak dilihat.
Lorenzo menelepon dua kali, dia pun tidak menjawabnya, juga tidak membalas pesan teksnya…
Suasana hati Lorenzo sangat terpengaruh olehnya, ia juga tidak semangat melakukan apa pun, makan pun tidak berselera.
Malam hari, setelah menyelesaikan kesibukannya, Lorenzo langsung menelepon Sonny.
Sonny menjawab telepon Lorenzo, dia kaget hingga ponselnya hampir jatuh ke lantai, dia menerima telepon dengan panik, “Halo, Tuan!”
“Dewi sedang apa?”
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar