Reva terdiam. Dia membatin: karena saat itu kau sendiri yang menganggap remeh orang lain. Kalian merasa mereka menyukai Nara karena Nara adalah seorang CEO jadi mereka menganggapnya sebagai anak angkatnya. Masalah seperti ini mengapa malah menyalahkanku? Nara: “Ma, waktu itu Reva sudah mengatakan bahwa kakak Meng memiliki latar belakang yang tidak biasa.” “Tetapi kau sama sekali tidak percaya. Kau mengira Reva berbohong kepadamu.” “Coba kau ingat – ingat tentang sikapmu terhadap nyonya Meng sekeluarga waktu itu.” “Meskipun itu adalah hubungan yang biasa – biasa saja juga tidak perlu sampai sesinis itu!” Ucapan Nara seakan – akan menggores luka di hati Alina. Dan Alina langsung kesal dan berkata: “Memangnya kenapa dengan sikapku?” “Aku kan tidak tahu identitas dia waktu itu?” Axel mengibaskan tanganya dan berkata: “Sudahlah, kalian berdua berhentilah bertengkar.” “Nara, nyonya Meng ini adalah orang yang baik. Dia tidak sombong. Kedepannya kau harus banyak bergaul dan berhubungan dengan dia, mengerti?” Lalu Nara terdiam dan berkata: “Masih berani memintaku berhubungan dengannya?” “Dia menganggapku anak angkatnya dengan memberiku gelang giok warisan keluarganya.” “Tetapi gelang itu malah dijual oleh kalian. Bagaimana caranya aku harus bertemu dengannya?” Alina tampak canggung. Jika saja dia tahu nyonya Meng memiliki status dan identitas seperti itu, dia pasti tidak akan pernah mau menjual gelang giok tersebut. “Itu kan hanya gelang giok saja, apa masalahnya?” “Besok aku akan pergi untuk menebus gelang giok tersebut!” Ujar Alina dengan marah. Nara: “Bagaimana kau menebusnya?” “Toko giok ini sudah tutup seharian.” “Ma, apakah kau masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi?” Alina meliriknya dan berkata: “Memangnya kenapa?” “Berapa sih harga sebuah gelang giok?” “Jika memang tidak bisa aku akan membelikanmu gelang giok yang lebih baik lagi nanti.” “Kenapa, aku ini adalah mama-mu. Apakah dengan menjual gelang giokmu itu aku sudah dianggap melakukan kejahatan?” Nara merasa sangat marah sehingga dia tak bisa berbicara lagi. Jadi dia mengajak Reva ke sisi lain dan tidak ingin berbicara dengan orang tuanya lagi. Axel dan Alina pun mengabaikan mereka. Kemudian mereka berdua berjalan – jalan di sekitar villa Genting sembari mengikuti orang banyak. Mereka berjalan ke belakang untuk melihat pemandangan. Di sisi lain Reva dan Nara berdiri di sudut aula untuk sementara waktu. Tak lama kemudian, beberapa pemuda mendekati Nara. Orang – orang ini semuanya mengenakan jas dan sepatu kulit. Dari penampilan mereka sudah dapat terlihat dengan jelas bahwa mereka bukan orang biasa. Mungkin saja keturunan dari sepuluh keluarga terpandang itu atau mungkin juga anak – anak dari beberapa pengusaha di kota ini. Saat melihat Nara mereka tampak cukup terkejut. Karena Reva berada di samping Nara dengan mengenakan pakaian biasa. Karena Nara tidak mempedulikan mereka akhirnya orang – orang ini hanya bisa mundur dengan marah. Lalu saat keduanya sedang nongkrong tiba – tiba datang sekelompok anak muda menyapa mereka. Pemimpin dan kelompok itu adalah seorang pria muda dengan mata jahat menatap Nara dari atas sampai bawah dan matanya terlihat berbinar – binar. Kemudian pemuda itu segera mendekati Nara dan berkata sambil tersenyum,”Cantik, aku tak pernah melihat kau sebelumnya. Apakah ini pertama kalinya kau menghadiri resepsi Genting?” “Apakah kau ingin aku menemanimu berkeliling?” Nara paling benci dengan pria yang penuh dengan rayuan seperti ini. Dengan jijik dia berkata,”Tidak perlu!” Pria muda itu tampak cemberut dan berkata dengan dingin, “Bolehkah aku menanyakan nama-mu, Cantik?” Nara membuang muka dan mengabaikannya. Pemuda ini mengembang kempiskan hidungnya dengan marah dan berkata: Namaku adalah Rafael Scatter dan aku adalah salah satu penyelenggara resepsi Genting ini.” “Bisa dikatakan aku mengenal semua orang yang datang kesini.” “Tetapi hanya kau yang aku benar – benar tidak aku kenali.” “Maaf, apakah kau memiliki surat undangan untuk menghadiri resepsi Genting?” “Apakah kau tahu apa yang akan terjadi jika kau menyelinap masuk ke tempat mewah seperti ini tanpa surat undangan dari penyelenggara resepsi Genting?” Beberapa anak muda disebelahnya juga mengelilinginya dan menatap Nara dengan garang. Melihat gaya mereka itu seolah – olah sedang menatap pencuri saja. Nara tampak bingung lalu Reva menghampir dan berdiri di depannya sambil berkata: “Kami diundang oleh Anya Smith, Direktur Smith!” “Apakah kau ada pertanyaan?”
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat