Lalu pria itu keluar sambil bergidik. Sekelompok orang yang berada di dalam ruangan juga masing – masing tampak begitu ketakutan seperti burung yang tersiram air. Mereka semua sama sekali tidak berani bergerak. Lalu Tiger memindahkan dua buah kursi dan berkata, “Tuan dan nyonya Lee, silahkan kalian duduk.” Nara tampak masih shock tetapi Reva dengan tenang menarik Nara untuk duduk bersamanya. Tiger lalu melirik kepada David lagi dan berkata, “Kalian semua, kemarilah, berlutut di sini!” Di bawah tatapan Axel, Alina dan Hana yang heran, David dan selusin anak buahnya itu sekarang benar – benar berlutut di depan Reva dan Nara. “Lord Tiger, aku… aku benar – benar tidak tahu bahwa dia adalah bosmu…” “Lord Tiger, tolong maafkan aku… aku.. aku tidak akan pernah berani mengulanginya lagi..” Ujar David sambil menangis. Tadinya dia tampak begitu angkuh dan arogan tetapi sekrang dia tampak seperti cacing yang menyedihkan. Dan yang paling tidak bisa dipahami oleh Axel dan Alina adalah Tiger hanya sendirian disini sedangkan mereka itu jumlahnya lusinan. Tetapi lusinan orang itu tampak begitu ketakutan semua! Ada apa sebenarnya? Tiger langsung melotot dan bertanya: “Lagi?!” “Apakah kau masih berpikir ingin mengulanginya lagi?” “David, malam ini kau bisa pulang dengan aman atau tidak saja aku sulit mengatakannya!” David tampak sangat ketakutan sehingga bersujud lagi dan lagi kemudian berkata, “Lord Tiger, aku… aku sudah tahu kesalahanku. Anggap saja aku angin lalu dan biarkan aku pergi…” “Tuan Lee, direktur Shu, aku.. aku tidak akan berani lagi..” “Tolong jangan masukkan ucapanku tadi ke dalam hati. Tolong maafkan aku…” David bersujud dengan keras sehingga kepalanya sampai pecah dan darah mengalir dengan deras. Tetapi, dia sama sekali tak berani menyekanya. Dia hanya terus bersujud dan memohon belas kasihan. Tiger mengabaikannya dan sambil tersenyum dia berkata, “Tuan dan nyonya Lee, maaf aku sedikit terlambat karena terkena macet di jalan tadi.” “Ini semua salahku karena telah menyebabkan para sampah – sampah tak berguna ini menyinggung dan mengganggu kalian berdua.” “Bagaimana kalian berdua ingin menyelesaikannya?” “Apakah mereka harus di tenggelamkan di sungai Carson atau di potong – potong dan dijadikan makanan anjing? Katakan saja, aku akan melakukan sesuai dengan perintah kalian berdua!” Nara tampak bingung dan begitu shock. Dia benar – benar tidak mengerti mengapa seorang manajer purchasing di perusahaannya bisa memiliki kekuasaan seperti ini. Dan bersamaan dengan itu terdengar keributan di luar ruangan. Axel berdiri di pintu lalu melirik ke luar. Dia melihat ada sekelompok orang di koridor. “Mereka … orang-orang mereka telah datang …” Suara Axel terdengar bergetar. Wajah Alina langsung menjadi pucat. Anak buah mereka telah datang. Lalu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini nantinya? Tetapi yang paling membuat mereka terkejut adalah suara itu hanya ribut di koridor saja. Tidak ada satupun yang berani masuk. Tiger lalu berjalan ke depan pintu dan meraung dengan keras, “Dasar jahanam kalian semua, kecilkan suara kalian!” “Mengganggu pembicaraan aku saja!” Keributan di luar itu langsung berhenti. Mata Axel dan Alina membelalak dengan lebar seolah – olah mau loncat keluar saja. Apakah kekuasaan Tiger ini begitu hebat? Diam – diam Alina melirik ke luar dan langsung tertegun. “Mereka.. mereka semua berlutut?” Axel dan Hana juga bergegas untuk melihat. Dan benar saja, semua orang yang ada di koridor berbondong – bondong berlutut di lantai. Mereka semua langsung tercengang dan teringat bahwa barusan Tiger mengatakan agar mereka semua berlutut di depan. Orang-orang ini sangat patuh! Tentu saja sebenarnya tidak ada ratusan orang di luar sana. Ini semua hanya di besar – besarkan oleh David saja. Tetapi, dengan lusinan orang yang semua berlutut di depan koridor itu membuat penampakannya cukup spektakuler. Dan pada saat ini, orang yang tadi keluar untuk meminta sepuluh krat bir kepada pelayan baru saja datang. Melihat situasinya dia juga langsung berlutut. “Tuan dan nyonya Lee, bagaimana jika aku menangani mereka dulu.” “Jika kalian berdua merasa sudah puas, katakan sesuatu saja.” “Jika tidak puas, aku akan terus menghajar mereka sampai kalian berdua puas!” Lalu setelah mengatakan itu Tiger langsung mengambil botol anggurnya dan menghantamkannya ke salah satu kepala orang. Nara tampak bingung. Inikah yang Tiger maksud dengan menanganinya? Namun, lusinan orang yang berlutut di lantai itu sama sekali tak berani bergerak. Mereka hanya meminta maaf dan memohon belas kasihan dengan gemetaran.
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat