Bab 388
Axel langsung menggebrak meja. “Sudah cukup belum kau membuat ribut?”
“Baru saja pulang sudah bertengkar tak ada habisnya!”
“Kenapa? Kau kira aku benar-benar sudah mati sehingga rumah ini tak ada aturan lagi yah?”
Beberapa orang yang ada di rumah itu langsung tertegun.
Dengan cemas Alina berkata, “Suamiku, ucapan Hana tidak salah….
“Diam!” Axel memaki dengan penuh emosi.
“Hana, kali ini mendukuk kakakmu. Apa yang kau lakukan itu memang benar – benar salah!”
1ar :
“Waktu itu Dion hampir melecehkan kakakmu tetapi kau malah masih berani pergi mencarinya?”
“Apa otakmu sudah rusak?”
“Kau benar – benar harus menyakiti kakakmu dulu baru kau puas yah?”
Nara tampak tercengang. Dia tak menyangka bahwa suatu hari papanya akan membela dia.
Hana menundukkan kepalanya dan tidak berbicara. Dia hanya bisa bergumam saja.
Kalau kedua orang tuanya membelanya maka dia pasti akan semakin rusuh dengan membuat masalahnya menjadi besar.
Tetapi sekarang Axel sama sekali tidak membelanya sehingga dia tidak bisa membuat masalah.
“Axel, bisa tidak kau lebih menjaga ucapanmu?”
“Hana sudah terluka hingga seperti ini tetapi kau malah masih memarahinya?”
“Bisa tidak kau kasihani anak itu?”
Alina berkata dengan marah.
Dengan marah Axel menjawab, “Sejak jaman kuno sudah dikatakan bahwa ibu yang terlalu baik hanya akan membuat anaknya gagal dan tak berguna!”
“Kau ini lihatlah sekarang, anak itu sudah terlalu dimanjakan olehmu.”
“Aku kasih tahu yah, siapapun yang melakukan hal ini kali ini harus bertanggung jawab untuk menanggung risikonya.”
“Hana, masalah yang terjadi kali ini adalah kesalahanmu.”
ami
“Reva telah menyelamatkanmu. Ini adalah kenyataan. Cepat kau ucapkan terima kasih kepada Reva!”
Hana langsung panik. “Pa, aku harus berterima kasih kepaxtanya”
Atas dasar apa.”
“Dia itu pembawa sial, untuk apa aku berterima kasih kepadanya”
“Bukan dia yang menyelamatkan aku. Itu adalah anak buahnya Kenji, apa hubungannya dengan dia
Axel sangat marah dan langsung memaki. “Kalau Reva tidak menghubungi Kenji memangnya mereka akan tahu siapa kau?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat