Bab 47
Orang-orang itu segera menatap Reva dengan kekaguman.
“Apa yang terjadi?” Raka tampak terkejut dan berseru, “Ada hubungan apa wanita cantik itu dengan Reva?”
Harumi juga tampak bingung. Meskipun dia cukup cantik tetapi dia juga tahu kesenjangan antara dirinya dan Nara.
Wanita yang cantiknya bagaikan peri itu duduk di sebelah pungguk yang sangat dia benci itu? Dia benar-benar tak habis pikir.
Apa kehebatan Reva sehingga mampu membuat wanita cantik itu tertarik kepadanya?
Jangan – jangan dia telah salah menilai Reva? Reva ini bukan orang biasa kah?
Tidak, ini tidak mungkin.
Reva ini hanyalah orang miskin, wanita canuk ini pasti sudah salah mengenali orang!
Pasti begitu!
“Kurasa wanita itu telah salah mengenali orang!” Harumi mencibir:”Reva itu adalah orang miskin yang sudah tidak punya ayah. Bagaimana mungkin dia mengenal wanita cantik itu?”
“Benar juga!”ujar Raka tiba-tiba dan dia tampak bersemangat. Asalkan dia bisa mendapatkan wanita cantik seperti itu, mati lebih cepat beberapa tahun pun dia rela.
“Aku akan kesana untuk mengingatkannya!” Raka berkata sambil tertawa. Pada dasarnya dia hanya ingin mengenal dan mengobrol dengan Nara.
Harumi yang tahu isi perut Raka merasa susah hati tetapi dia tidak berani mengatakan apapun. Lagipula apa yang dia pakai dan gunakan semuanya diberikan oleh Raka.
Raka seraya mengambil gelas anggur dan berjalan mendekati Nara sambil tersenyum.
Nara melihat ke sekeliling dengan pandangan kosong: “Reva, apa … apakah kau memiliki kartu member di sini?”
Reva menggelengkan kepalanya: “Tidak punya.”
Nara tampak semakin bingung: “Lalu bagaimana kau bisa masuk kesini?”
1
Reva menjelaskan situasi yang terjadi tadi dan setelah mendengarnya pun Nara semakin bingung.
Dia tahu betul betapa sulitnya menjadi member di Spoon & Stable dan orang biasa tidak bisa masuk kesini sama sekali.
Bagaimana mungkin pelayan disini mengijinkan Reva masuk dan duduk?
Nara tampak berpikir sejenak lalu mengibaskan tangannya dan berkata, “Sudahlah, lupakan saja semua ini.”
“Apakah kau lapar? Mari pesan makanan dulu.”
Reva: “Tapi mengenai kartu member ini…”
Nara berkata:”Tidak apa-apa, aku punya kartu membernya. Aku yang mentrakuir.”
“Nanti kalau semua urusan sudah selesai aku akan membantumu mengajukan kartu member disini.”
“Peraturan di Spoon & Stable adalah suami istri dapat berbagi satu kartu member!”
Reva mengangguk dan melihat ekspresi Nara. Lalu dia bertanya dengan suara rendah, “Ada apa denganmu? Apakah kau merasa tidak nyaman?”
Nara menghela nafas dan menggelengkan kepalanya tanpa daya. Urusan perusahaan masih membuatnya merasa sedikit kewalahan.
Saat Raka berjalan kesini, dia tampak terlegun ketika mendengar Nara mengatakan bahwa suami istri
Begitu Raka berjalan di sini, dia tercengang ketika mendengar Nara mengatakan bahwa suami dan istri dapat berbagi kartu member.
Ternyata wanita ini tidak salah mengenali orang malahan mereka adalah suami istri?
Apa-apaan ini?
Wanita cantik seperti ini menikah dengan si pungguk?
Yang benar saja?
Dia melangkah mundur dengan linglung dan Harumi bertanya dengan penasaran, “Apa yang terjadi? Bukannya kau pergi untuk mengingatkannya?”
Raka tampak kesal dan berkata:”Mengingatkan apa? Keduanya itu suami istri, mereka sudah menikah!”
Harumi dalam hatinya diam-diam merasa senang. “Kalau begitu wanita ini benar-benar sudah buta mau menikah dengan pria miskin seperti itu.”
“Kau lihat ekspresi tak berdaya di wajahnya. Kurasa kehidupan mereka juga tidak terlalu baik!”
Raka menatap kea rah Nara dan tiba-tiba ada secercah harapan yang muncul di hatinya.
Ya betul sekali, memangnya kenapa kalau sudah menikah?
Reva hanyalah orang miskin, punya hak apa dia duduk berdampingan dengan wanita cantik seperti dia?
Aku akan sengaja menggoda wanita cantik itu didepanmu, kau mau apa?
“Pelayan!” Raka menggebrak meja dengan tiba-tiba dan menarik perhatian orang banyak di sekitarnya.
“Halo Pak, ada yang bisa aku bantu?” Seorang pelayan bergegas menghampirinya.
“Aku tidak suka dengan posisi ini. Aku mau pindah!” ujar Raka sambil menunjuk ke meja Reva. “Aku mau duduk di posisi yang dekat jendela itu! Aku mau pindah kesana!”
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat