Bab 1973 Kekhawatiran
“Tuan Lorenzo….” Sebuah suara memanggil dari ujung telepon, “Pak Presiden sedang menunggu balasanmu.”
“Kamu masih kerja?” Dewi bertanya, “Ini sudah larut malam ‘kan di Kota Snowy?”
“Ya.” Lorenzo menjawab, “Seharusnya di Kota Bunaken masih sore. Setelah tiba, kamnu istirahat yang baik. Aku mau rapat.”
“Baiklah. Pergi bekerjalah.” Dewi segera berkata.
“Kamu cium …
Awalnya, Lorenzo ingin dia menciumnya. Tapi sebelum dia selesai berbicara, Dewi langsung menutup teleponnya.
Dia menghela napas. Wanita ini, benar-benar tidak berperasaan.
Dewi sedang memegang ponselnya, bersandar di kursi dan berangan-angan. Rupanya, perasaan jatuh cinta itu begitu indah, selalu ada seseorang yang memikirkannya dan dirinya juga selalu memikirkannya di dalam hati…..
Kebahagiaan dan perasaan manis seperti ini, belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Setelah sekian lama mengikuti Tuan, aku belum pernah melihat Tuan peduli pada seseorang seperti ini.” Jeff menghela napas dengan tulus, “Nona Dewi, Anda yang pertama!”
“Dan juga yang terakhir!”
Kata Dewi tanpa berpikir, lalu ia tertegun setelah selesai mengatakannya.
Ternyata dia punya pemikiran seperti itu, mulai merasa posesif. Yang artinya, dia benar-benar jatuh cinta…..
Setibanya di vila pinggir pantai, semuanya yang ada di sini sangat spesial.
Gaya Lorenzo yang biasanya mengutamakan keindahan, sederhana, dan kenyamanan. Dia tidak pernah mengejar kemewahan dan kemegahan. Setiap tempat tinggalnya, memiliki gayanya sendiri.
Dewi sangat menyukai tempat ini. Laut dapat terlihat dari balkon kamar.
Saat itu adalah sore hari. Matahari terbenam seperti darah, memercik di laut, berkilau, benar- benar indah di pandang.
Setelah Jeff dan bawahannya selesai beres-beres, mereka datang dan melapor pada Dewi, “Nona
Dewi, aku siap-siap pergi ke Kota Tua sebentar. Sonny dan delapan bawahan lainnya ada di sini untuk melindungi Anda. Coba lihat, apa Anda masih kekurangan sesuatu?!”
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar