Bab 206
“Baik, baik.”
Mario memapah Tracy pergi meninggalkan ruangan itu...
Alice mendesak dari belakang, “Aku sudah menyiapkan hotel untuk kalian. Hotelnya ada di seberang, aku akan mengantar kalian ke sana...”
“Sayang sekali!” Alice menyimpan ponselnya. Ia tertawa mengejek, “Malam itu, Stanley tiba di bar lebih cepat, jadi aku buru–buru pergi menemuinya. Jadi, aku meletakkan kamera di dalam vas bunga. Kemudian, tidak tahu kenapa, kamera itu tidak merekam apa–apa. Kalau tidak, sekarang pasti ada adegan yang lebih menghebohkan dan mengairahkan.”
“Benar–benar hina!!!” Tracy murka, “Alice, aku begitu baik kepadamu. Kenapa kamu ingin mencelakaiku? Kenapa?”
“Kamu baik kepadaku?” Alice merasa konyol, “Sejak kecil hingga besar aku adalah pengikut kecilmu, seperti pelayan yang melayanimu. Ini yang dinamakan baik? Kita semua satu keluarga. Ayah kita sama–sama bermarga Smith. Atas dasar apa kamu adalah nona besar yang elegan, sedangkan aku adalah pengikut kecilmu? Atas dasar apa?”
“Semua yang aku miliki diberikan Ayahku kepadaku. Apa hubungannya denganmu?”
Tracy sulit memahami logikanya.
“Benar, jadi ayahmu cepat meninggal,” Alice berbicara kata per kata seperti pisau yang menusuk jantung Tracy, “Mati karenamu!!!”
“Omong kosong!”
Tracy mendidih hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Ia mengulurkan tangan ingin menampar Alice, tetapi tangannya berhasil dicekal oleh Beatrice.
“Coba saja jika kamu berani menampar Alice?” Beatrice mendorong tangannya. Ia memberi Tracy peringatan keji, “Sekarang kita punya kelemahanmu, seharusnya cukup membuatmu berlutut memohon bagai anjing. Kamu masih berani sombong?
Percaya atau tidak, sekarang juga aku akan menyebarluaskan video dan foto ini? Kemudian, meminta Mario menjelaskan cerita detil malam itu di depan media....”
“Kamu....” Tracy tidak bisa berbicara sepatah kata pun. Ia melihat Mario sembari menggeleng gelengkan kepala, “Tidak mungkin, tidak mungkin dia. Mustahil….”
“Aku, benar itu aku.” Mario menatapnya dengan lemah, “ Aku masih ingat bekas luka di pinggangmu..”
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar