Author’s POV
Chloe berjalan ke perpustakaan, mencari sudut yang bisa ia tempati dan jauh dari mahasiswa-mahasiswa lainnya. Ia tidak mengajak siapapun, bahkan Jocelyn saja dia tidak ajak. Ia ingin menghabiskan waktunya sendirian.
“Bingo,” ujarnya saat dia menemukan tempat yang ia inginkan. Fasilitas perpustakaan Universitas ini sangat luas dan cukup lengkap, sehingga cukup strategis untuk orang seperti Chloe yang ingin bersembunyi sebentar, sebelum ia pulang.
Chloe mengeluarkan bindernya, beserta pensil dan penghapus. Ia ingin menggambar sesuatu saat ini karena mood nya sedang bagus. Chloe membuka ponsel pintarnya untuk mencari referensinya menggambar dan tidak lama, dia mendapatkannya.
Belakangan ini, kehidupannya dia merasa sedikit gelap, maka dari itu dia pasti akan melukis sesuatu yang sedikit dark. Chloe sangat menyukai menggambar, baginya dengan menggambar, ia bisa mengekspresikan perasaannya saat ini.
“Wah, gambarmu bagus banget,”
Gadis itu sedikit terperanjat ketika mendengar suara Gavin yang entah darimana ia bisa tahu letak gadis itu berada. Chloe kembali melukis,”Thanks,”
Lelaki itu berjongkok, untuk menyamakan tingginya dengan gadis itu,”Kau sepertinya multitalenta ya,”
Pandangan Chloe tidak lepas dari gambar yang ia kerjakan,”Tidak juga,”
“Aku yakin, kau juga pasti suka menulis kan?”
Goresan tangan gadis itu berhenti, ia menoleh pada Gavin sejenak, sebelum dia kembali lagi melanjutkan gambarnya,”Begitulah,”
Gavin masih berada di samping gadis itu hingga ia selesai menggambar. Pria berparas tampan ini sangat menikmati goresan demi goresan yang Chloe garis untuk mengarsir object yang ia gambar. Tidak lama setelahnya Chloe menyudahi karyanya dan gadis itu langsung bangkit berdiri dan melenggang pergi, meninggalkan Gavin tanpa sepatah kata apapun. Sebenarnya lukisan itu belum sepenuhnya selesai, ini semua karena ia tidak nyaman ketika Gavin berada disampingnya
“Hah… aku masih ingin melanjutkan gambarku…” batin gadis itu, yang melihat-lihat tempat yang kosong untuknya melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak bisa menyangkal kesenangannya ketika ia mendapat spot lain yang menurutnya sangat pas untuk ia menggambar disana. Hanya saja, ketika dia berjalan ke spot itu, Jocelyn tiba-tiba menghadang langkahnya,
“Sudah kuduga kau ada disini,” ujar gadis itu berkacak pinggang.
Chloe mengatap gadis itu dengan bingung,”Memangnya kenapa?”
Tanpa basa basi, Jocelyn langsung menarik tangan Chloe ke sebuah gazebo di depan perpustakaan untuk mereka berbincang,
“Aku ingin tau, kenapa kau bisa semudah itu membiarkan Gavin masuk ke kelompok kita??”
“Ya karena kita memang kurang orang…?”
“Benarkah? Semudah itu?”
“Kau tidak suka kalau dia bergabung?” tanya Chloe blak-blakan.
“Eh tidak tidak. Aku cuman penasaran aja…”
Chloe masih mencerna jawaban yang ingin ia keluarkan dari mulutnya,”Entah. Aku hanya merasa tidak ada salahnya kita memasukkan dia,”
Jocelyn terdiam sejenak, memikirkan apa ia harus bertanya apa yang ia pikirkan,
“Chloe, kamu tidak suka jadi pusat perhatian kan?”
Chloe mengangguk,
“Gavin, dia itu cukup dikenal loh,”
“Oh ya? Terkenal dengan apanya?”
“OMG kamu gatau?!” ujar gadis itu, kaget dengan ketidaktahuan Chloe.
“Untuk apa aku tahu?”
Jocelyn menepuk jidatnya,”Tampangnya Chloe, tampangnya! Dia itu prince charming tau tidak sih!?”
“Enggak,” katanya menggeleng,
“Enggak? Jadi apa yang kau tau?”
“Yang kutahu? Ya… makan, tidur dan kuliah,”
Jocelyn menggeleng-gelengkan kepalanya karena ketidakperdulian Chloe terhadap sekitarnya.
“Lalu bagaimana denganmu?” tanya Chloe balik,
“Aku? Kenapa dengan aku?”
“Aku yakin banyak yang mendekatimu saat ini kan?"
Gadis itu terdiam dan tertegun sejenak mendengar apa yang Chloe sangka kan padanya. Yang ia pikirkan ialah bagaimana gadis itu bisa tahu?
“D-Darimana kau bisa tahu?”
“Banyak lelaki yang meminta kontakmu dariku,” ujar Chloe, yang mengundang kekagetan dari gadis itu,
“B-benarkah?”
“Ya, dan aku cuekin saja mereka,”
Jocelyn tidak berani menatap Chloe. Ia menunduk sambil menggigit bibirnya,”Maaf sudah merepotkanmu. Kau pasti risih kan…”
“Tidak masalah, aku juga tidak menggubris mereka,”
“Dan syukurnya mereka tidak memaksa,”
“Tapi… kalau kau benar-benar menolak mereka, kenapa masih ada juga yang menghubungiku?”
Chloe mengendikkan bahunya,”Entahlah, kita baru saja menjadi mahasiswa. Memangnya siapa saja yang kau beri kontakmu?”
Jocelyn berpikir sejenak, sebelum ia membulatkan matanya,”Wilson. Iya kak Wilson. Dia pernah meminta kontakku,”
“Lalu kau memberikannya?”
Comments
The readers' comments on the novel: Noir et Blanc