Anak itu terus menangis, memohon pengampunan terhadap sosok dewasa yang tengah memegang kayu ditangannya. Tubuhnya sudah panas menerima beberapa pukulan yang ia dapatkan dari sosok itu. Ia tidak mau berlarian untuk mencari tempat berlindung, karena semakin ia melangkah menjauh, semakin geramlah sosok itu padanya. Gadis kecil itu tidak memiliki perlindungan apapun selain tangannya dan duduk ditikungan tembok, agar pukulan tersebut tidak sampai melukai wajahnya dan punggungnya yang masih belum lama ini sembuh.
“AAAAA!!” pekik gadis itu ketika sebuah…tidak, beberapa pukulan ganas yang ia dapatkan dari sosok itu. Gadis kecil itu berteriak, meminta ampun, tapi kata-kata itu tidak diindahkan oleh sosok yang menjadi ibu kandungnya seumur hidupnya.
“Habis kau,”
“MAMA UDAH MA UDAH! SAKIT MA!!”
Helena terus memukuli anaknya, hingga gadis kecilnya itu sudah tidak berdaya. Ia seakan baru saja sadar dari mimpinya ketika gadis kecilnya sudah tidak lagi meraung. Ia menghentikan pukulannya, matanya menilik gadis itu dan berjongkok untuk menyamakan tingginya pada anak gadisnya. Ketika ia menyadari gadis kecilnya tidak merespon dirinya yang sedang berada dihadapannya, Helena terjungkal ke belakang dan kayu itu lepas dari tangannya. Tangannya bergetar hebat, ketika ia menyadari gadis kecilnya hanya mematung dengan pandangan kosongnya, air matanya masih mengalir deras tanpa ia mengedipkan matanya.
Gadis kecil itu sudah putus asa, seberapa keras dia berteriak, hal itu hanya akan membuat ibunya semakin memukulnya.
Comments
The readers' comments on the novel: Noir et Blanc